Jumat, 06 November 2015

Proposal Skripsi Pendekatan Saintifik

Sabtu, 07 November 2015
Proposal Skripsi
oleh:
Umiati
A.  Latar Belakang Masalah
Secara nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.[1]
Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu pemerintah telah menetapkan kurikulum tahun 2013 untuk diterapkan pada sekolah atau madrasah. Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen yang melekat pada kurikulum 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada kurikulum tahun 2013. Tidak semua guru bisa menerima pergantian kurikulum ini. Guru yang baik adalah guru yang mau menerima perubahan, melakukan pertumbuhan, dan perkembangan dalam dunia pendidikan.[2]
Dalam dunia pendidikan kurikulum sangat memegang kedudukan penting, hal ini adanya saling keterkaitan antara pendidikan dan kurikulum khususnya antara teori-teori pendidikan yang berkembang dengan kurikulum yan dikembangkan.[3]
Menghadapi berbagai masalah dan tantangan tersebut, perlu dilakukan penataan terhadap system pendidikan secara utuh dan menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Pemecahan masalah secara reflektif sangat penting dalam pembelajaran yang dilakukan melalui kerjasama secara demokratis.[4]
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.
Dalam kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta mengembangakan; (sikap/attitude, pengetahuan/ Knowledge, dan keterampilan/ Skill). Kualitas lain yang harus dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran, antara lain: kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.[5]
Dilihat dari pendekatan alat (pendidikan), maka pendidikan Islam menempatkan keteladanan sebagai alat pendidikan yang paling penting dan utama. Kemudian pendidikan Islam menempatkan rumah tangga sebagai lingkungan pendidikan yang utama dan menentukan. Sedangkan pelaksanaan pendidikan adalah kedua orang tua. Adapun para pendidik lainnya dinilai sebagai perpanjangan tangan para orang tua. Karena itu, para orang tua bertanggung jawab untuk memilih guru yang cocok untuk mendidik anak-anak mereka agar sejalan dengan tanggung jawab mereka selaku orang tua. [6]
Pendidikan Agama Islam di Sekolah dapat di pahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI. Dalam kurikulum Nasional, mata pelajaran PAI  merupakan mata pelajaran wajib disekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi. [7]
Pendidikan agama sebagai sarana bagi pembentukan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan indikator memahami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun demikian, pendidikan agama khusunya mata pelajaran PAI, bagi sebagian peserta didik sering dianggap pelajaran secand line. Pinggiran dan tidak penting. Akibat, kesan peserta didik “ Yang penting Lulus”, formalitas, kurang perhatian, kelalaian dalam menyelesaikan tugas, belajar musiman dan sebagainya sering mewarnai sikap peserta didik dalam pembelajaran. Karena itu, wajar jika PAI belum secara maksimal dapat melahirkan anak didik yang berkepribadian Islami. Bahkan akhir-akhir ini banyak yang menyatakan bahwa PAI telah gagal. [8] Tidak hanya faktor mata pelajaran PAI yang dipandang sebelah mata dan mudah (secand line) saja bagi peserta didik tetapi juga faktor dari bagaimana seorang guru dapat menciptakan dan menanamkan nilai-nilai agama melalui pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang didalam maupun di luar kelas.
Sekolah SMPN 04 Malang adalah sekolah yang dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) dengan jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kurikulum 2013 ini hanya 3 jam dalam satu minggu. Dari kenyataan itu Guru PAI memiliki tanggung jawab yang besar untuk menanamkan ilmu-ilmu agama dan memperbaiki akhlak serta memotivasi peserta didik untuk terus berprestasi dalam bidang agama. Seorang guru PAI tidak hanya sebagai pengajar dalam kelas tetapi juga di harapkan sebagai seorang pendidik yang mampu memberikan dan mengamalkan ilmunya, sebagai seorang pemimpin yang patut untuk di contoh oleh peserta didik.  Guru PAI harus menggunakan pendekatan-pendekatan individual baik di luar maupun di dalam kelas agar bisa mengetahui seberapa besar pemahaman peserta didik dalam memahami materi PAI dan potensi peserta didik dibidang agama Islam. Selain itu, guru tidak hanya sebatas mengetahui tetapi juga menerapkan metode-metode belajar PAI yang tidak membosankan serta ditunjang oleh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang dibimbing oleh guru-guru, sehingga pembelajaran PAI bisa efektif, meningkatkan prestasi belajar peserta didik serta peserta didik tidak hanya mendapatkan teori saja tetapi peserta didik juga bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal diatas penulis mengambil judul “PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII-D DI SMPN 04 KOTA MALANG”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang menggunakan pendekatan saintifik di kelas VII SMPN 04 Malang?
2.      Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang?
3.      Bagaimana dampak penerapan pendekatan saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang?
C.    Tujuan Penelitian
Bardasarkan rumusan Masalah diatas, maka tujuan yang hendak di capai adalah:
1.      Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang menggunakan pendekatan saintifik di kelas VII SMPN 04 Malang.
2.      Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.
3.      Mendeskripsikan dampak penerapan pendekatan saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.
D.    Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi pemikiran semua pihak antara lain:
1.      Sebagai kontribusi terhadap pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.      Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk dapat membantu pengembangan kualitas pembelajaran, khususnya PAI.
3.      Sebagai bahan informasi bagi guru/ pendidik dalam menambah, memperkaya dan menerapkan pendekatan saintifik yang akan digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.      Dengan penggunaan pendekatan saintifik membuat proses pembelajaran nyaman dan menarik, juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreatifitas, kerja sama, solidaritas, kemandirian dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
5.      Siswa SMPN 04 Malang semakin termotivasi untuk meningkatkan  prestasinya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
E.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dan obyek penelitian yaitu SMPN 04 Malang perlu diberi batasan masalah. Untuk memperoleh ruang lingkup yang jelas, terhindar dari persepsi yang salah, menghindari kerancuan permasalahan serta perluasan masalah dalam penulisan maupun pembahasan proposal ini, sekaligus mempermudah pemahaman. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekaburan objek agar sesuai dengan arah dan tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup pembahasan terfokus pada Bagaimana perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang menggunakan pendekatan saintifik, Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, Bagaimana dampak penerapan pendekatan saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.

F.     Definisi Operasional
Supaya pembahasan dalam penelitian ini tidak terjadi salah paham pengertian atau kurang jelasnya makna, maka perlu adanya definisi operasional. Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan terhindar dari kesalahan pengertian pada pokok pembahasan.
Definisi  operasional yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pendekatan Saintifik : proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prisip melalui tahapan-tahapan mengamati ( untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagi teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang “ditemukan”.[9]
Perencanaan Pembelajaran: proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Prestasi Belajar : Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[10] Adapun pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[11] Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.
Pendidikaan Agama Islam: Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaknya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad Saw., yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia. Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah. Sedangkan menurut Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
G.    Penelitian Terdahulu
Dari judul di atas, penulis dapat kaitkan beberapa karya ilmiah yang relevan. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang. Maka menghindari penjiplakan, beberapa skripsi yang memiliki tema mirip dengan tema proposal ini, antara lain:
1.      Arifudin Hidayat, 2014. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan nomor induk mahasiswa 10410053 fokus penelitian ini adalah Penerapan pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Peningkatan Prestasi Belajar Kelas IB SDN I Bantul Tahun Ajaran 2013-2014. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian terdiri dari 2 siklus dengan 27 siswa. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan (Planning), Tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Analisis data meliputi reduksi data, display data, dan dan pengambilan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan : 1) Penerapan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran PAI kelas IB SDN I Bantul secara garis besar tahap-tahap pada pendekatan saintifik seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membentuk jejaring sudah terlaksana sepenuhnya dengan baik. 2). Adanya peningkatan prestasi belajar ranak kognitif dan efektif siswa kelas IB SDN I Bantul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menerapkan pendekatan saintifik.
2.      Rinta Septi A, 2010. Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian fokus pada Penerapan Metode Information Search Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sisa Kelas VII Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN I Kuripan Probolinggo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan metode penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada ditempat penelitian. Dengan tahapan penelitian dalam 3 siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, pengukuran tes hasil belajar dan dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode information search dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri I Kuripan Probolinggo. Dari hasil nilai evaluasi juga dapat dilihat tentang peningkatan prestasi belajar mulai dari pre tes hingga siklus 3 dengan rincian rata-rata kelas nilai pre tes 85,1,siklus I87,1, siklus II 87.6, dan siklus III 88,3. Peningkatan prestasi belajar pada lembar observasi siklus I sebesar 20%, siklus II sebesar 60% dan pada siklus III sebesar 90%.
3.      Nurfitriyah, 2009. Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan focus penelitian. Penerapan cooperative lerning metode jigsaw dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas VII A SMPN 2 Kepanjen. Dengan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) jenis kolaboratif. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) Interview (3) dokumentasi; dan (4) pengukuran tes hasil belajar. Tehnik analisis data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data yang berupa angka atau data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan cara menghitung nilai rata-rata dan prosentase dan kemudian dideskripsikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan
cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen dan juga untuk mendeskripsikan bagaimanakah peran cooperative lerning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kepanjen.  Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen adalah membiasakan dengan pendekatan ini sesuai dengan prosedur cooperative learning metode jigsaw dan dilaksanakan dengan dua siklus, meningkatkan semangat belajarnya dan pemahamnya terhadap materi pelajaran memberikan arahan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok dan mengelola secara efisien. Peran cooperative learning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen sebagaimana yang telah peneliti lakukan, terbukti dengan penerapan. cooperative learning metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa memuaskan dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus I dan siklus II. Indikator peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan , siklus I sampai siklus II terus meningkat.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti sekarang yaitu tentang meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu kurikulum yang diimplementasikan penulis adalah kurikulum 2013. Dan penulis membatasi implementasi kurikulum hanya pada pendekatan pembelajaran. Dimana penulis meneliti tentang Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang.
H.  TINJAUAN PUSTAKA
1.    Pembahasan Tentang Pendekatan Saintifik
a.    Pengertian Pendekatan Saintifik
Scientific berasal bahasa Inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan approach yang berarti pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang sesuatu. Dengan demikian, maka pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran yang dimaksud adalah bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu ilmiah. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang  melandasi penerapan metode ilmiah.
Dalam firman Allah SWT menciptakan manusia sejak dari rahim ibunya tidak mengetahui apaun, kemudian Ia anugrahi manusia dengan berbagai fasilitas dan perangkat untuk hidup sehingga manusia mampu mengarungi dunia ini dengan baik dan sukses. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak me-ngetahui sesuatu pun, dan Dia membe-rimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur «  . (Q.S. al-Nahl : 78)[12]
Ayat di atas mengarahkan umat manusia agar membiasakan diri untuk mengamati, karena salah satu fitrah yang ia bawa sejak lahir adalah cenderung menggunakan mata terlebih dahulu baru hati (qalbu).
Berdasarkan hal tersebut, maka proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Karena pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah, yang semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. [13]
Selain itu pengertian pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hokum atau prisip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagi teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran ang di harapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.[14]
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terdiri atas empat aspek yaitu al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur'an Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdiri atas empat unsur tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik artinya pelaksanaan pembelajaran PAI yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a)      Materi pembelajarannya berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b)      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran PAI.
c)      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran PAI.
d)     Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran PAI.
e)      Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
f)       Tujuan pembelajarannya dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik dalam sistem penyajiannya.[15]
b.   Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.    Berpusat pada siswa
b.    Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
c.    Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan.
d.   Dapat mengembangkan karakter siswa.
1)   Tujuan Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik
          Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
a.       Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat siswa.
b.      Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistemik
c.       Tercipta kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d.      Diperoleh hasil belajar yang tinggi.
e.       Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
f.       Untuk mengembangkan karakter siswa.
2)   Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)     Pembelajaran berpusat pada siswa.
b)    Pembelajaran membentuk student self concept.
c)     Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
d)    Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip.
e)     Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
f)     Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
g)    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
h)    Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip  yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya. [16]
c.     Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Meliputi: menggali informasi melalui observing/ Pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/ percobaan, kemudian mengelola data atau informasi menyajikan data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan menganalisis, associating/ menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/ networking.untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.[17]
Mengacu pula kepada Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.
Pendekatan ilmiah/ scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut:
1)      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2)      Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3)      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4)      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5)      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6)      Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7)      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.[18]
Langkah-Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh
                         Pendekatan Scientific dan 3 ranah yang disentuh

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut[19]:
  1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
  2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
  3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
  4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  5. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

  1. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Operasional langkah-langkah pembelajaran saintifik tersebut adalah [20]:
1.      Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Proses mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.[21]
2.      Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.
3.      Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.[22]
4.      Menalar/ Mengasosiasi
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.[23]
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
5.    Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik, guru di harapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses .
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.[24]
Dalam kegiatan mengkomunikasikan, peserta diidk diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan  di depan khlayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa yang telah dipresentasikan oleh rekannya.
6.    `Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Model Networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukai atau diminatinya sehingga secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.[25]
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratifKarena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia. Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
Dengan menggunakan pembelajaran saintifik, pada lima langkah pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan beberapa aktifitas pembelajaran siswa, seperti dalam bagan di bawah ini:
Bagan 2.1 Kegiatan Pembelajaran Pendekatan saintifik
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: http://bdkpadang.kemenag.go.id/images/stories/gamba%206.png






d.   Penilaian dalam Kurikulum 2013
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:
a.       Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
b.      Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c.       Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d.      Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
e.       Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
Menteri pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh sebagai pemangku kebijakan tertinggi mengatakan bahwa “ standar penilaian pada kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari kurikulum 2013 adalah mendorong siswa aktif dalam tiap materi pembelajaran, maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika si anak banyak bertanya”.[26]
Ada dua macam penilaian, diantaranya:
a.       Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
b.      Penilaian autentik merupakan penilaian yang dinilai secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (Input), Proses, dan Keluaran (Output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dari hasil belajar secara utuh, keterpaduan penilaian ketiga komponen (Input, Proses, Output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring ( nurturant effect) dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menaya, menalar, mencoba dan membangun jejaring.
Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk didalamnya penilaian portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsive, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang memiliki kalainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), Pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standart Penilaian pendidikan.[27]
2.    Pembahasan Perencanaan Pembelajaran
a.      Pengetian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan berasal dari kata rencana, yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Ely mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Pendapat tersebut menggambarkan, bahwa suatu perencanaan diawali dengan adanya target atau mengistilahkan dengan kata”hasil” yang harus dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya.[28]
Perencanaan merupakan hasil proses berpikir yang mendalam hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternative yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi. Perencanaan adalah awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.
Pembelajaran adalah proses kerja sama anatara guru dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang baik potensi yang bersumber dari dalam diri peserta didik  sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri peserta didik  seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. [29]
Dari kedua makna tentang perencanaan dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal diatas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.[30]
b.      Syarat Perencanaan Pembelajaran Yang Baik
Perencanan dan persiapan mengajar merupakan factor penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung baik, amat tergantung dari perencanaan persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula, cermat, dan sistematis. Perencanaan dan persiapan berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak berlebihan apabila tidak dibutuhkan pula gagasan dan perilaku guru yang kreatif dalam menyusun perencanaan dan persiapan mengajar ini, yang tidak hanya berkaitan dengan merancang bahan ajar/ materi pelajaran seta waktu pelaksanaan, tetapi juga segenap hal yang terkait di dalamnya, seperti rencana penggunaan metode teknik mengajar, media belajar pengembangan gaya bahasa, pemanfaatn ruang, sampai dengan pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan.[31]
Langkah-langkah mengembangkan gagasan dan perilaku kreatif serta acuan bagi guru berkaitan dengan menyusun rencana dan atau persiapan mengajar yang baik:
a)      Menentukan bahan ajar/ materi pelajaran yang akan diberikan oleh peserta didik.
b)      Menentukan tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/ materi pelajaran yang akan disampaikan.
c)      Memilih bahan ajar pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik.
d)     Menyimak waktu pelajaran yang tersedia dan ditentukan pengalokasian untuk menyampaikan materi pelajaran. Berikan waktu yang lebih lama terhadap materi pelajaran yang dinilai sulit.
e)      Memperhatikan perbedaan karakteristik perbedaan siswa. Kelompokkan menurut kelompok siswa “Pintar”, “sedang”, dan “Kurang”. Kelola kelas dengan memperhatikan perbedaan kelompok tersebut.
f)       Memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik yang dinilai memiliki kemampuan “sedang”, dan “kurang”.
g)      Merancang penggunaan gaya bahasa yang kreatif, komunikatif, sederhana, dan mudah dicerna dalam penyampaian materi pelajaran pada siswa.
h)      Merencanakan jenis/ bentuk metode/ teknik pembelajaran yang ada serta kebutuhan pemanfaatannya.
i)        Merencanakan kebutuhan pemanfaatan media pembelajaran.
j)         Merencanakan bentuk-bentuk pemberian tugas kepada siswa berkaitan dengan penyampaiaan materi pelajaran.
k)      Merencanakan penggunaan jenis/ bentuk alat evaluasi, waktu, dan tindakan lain yang diperlukan.
l)        Menyusun rencana dan persiapan pembelajaran serta waktu pelaksanaan pembelajaran (tahunan, mingguan, dan harian) yang berisiskan segenap hal di atas.
m)    Tentukan bahan ajar/materi pelajaran
n)      Kembangkan alat evaluasi yang aktual.
o)      Tentukan tujuan pembelajaran.
p)       Lebihkan alokasi waktu yang dinilai sulit.
q)      Kembangkan gaya bahasa yang menarik, komunikatif, akrab, dan supel.
r)       Rencanakan penggunaan metode pembelajaran.
s)       Rencanakan penggunaan media pembelajaran.
t)       Kaji dan rencanakan gaya bahasa penyampaian.
u)      Kaji dan rencanakan penggunaan gerak tubuh.
v)      Kaji dan rencanakan pemanfaatan ruang.
w)    Kaji dan rencanakan untuk tugas yang akan diberikan.
x)      Kaji dan rencanakan pengembangan kominitas kelas.[32]

3.    Pembahasan Tentang Prestasi Belajar
a.    Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum kita membicarakan pengertian prestasi dan pengertian belajar lebih baik kita membicarakan pengertian prestasi dan pengertian belajar telebih dahulu.
Pengertian prestasi menurut para ahli adalah:
1)     WJS. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).[33]
2)     Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[34]
Dari pengertian prestasi yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Sedangkan belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Dan belajar membawa sesuatu perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang yang sedang belajar itu tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena itu lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi-situasi hidupnya.
Adapun pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[35] Sedangkan menurut Athur T. Jersild, belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan.[36]
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
a.      Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk
b.      Belajar merupakan suatu perubahan yang tejadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c.      Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasaanya hanya berlangsung sementara.
Setelah kita mengetahui pengertian prestasi dan pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.
b.   Tujuan Prestasi Belajar Siswa
Pada hakekatnya setiap manusia yang melakukan segala aktivitas dalam kehidupannya tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Karena dengan adanya tujuan akan meenetukan arah kemana orang itu akan dibawah atau diarahkan.
Jadi, tujuan belajar merupakan sentral bagi peserta didik tercapai tidakanya tujuan tersebut pada siswa itu mandiri, bahkan dapat diketahui ybertanggung jab terhadap keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajar itu banyak bertumpu pada peserta didik itu sendiri.
Sebagimana telah diungkapkan oleh Drs. Oemar Hamalik bahwa: kesuksesan itu bagian besar terletak pada usaha kegiatan saudara sendiri. Sudah barang tentu faktor keamanan, minat, ketentuan, tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan unsur mutlak yang bersifat mendukung usaha saudara itu.[37]
c.    Aspek-Aspek Prestasi Belajar
Dalam belajar selalu melibatkan aspek fisik dan mental. Oleh karena itu, keduanya harus dikembangkan bersama-sama secara terpadu. Dari aktivitas belajar inilah yang akan menghasilkan suatu perubahan yang disebut dengan hasil belajar atau prestasi belajar. Hail tersebut akan tampak dalam suatu prestasi yang derikan oleh siswa misalnya hal menerima, menggapi, dan menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda-beda sifat dan bentuknya tergantung dalam bidanga apa anak akan menunjukkan prestasi tersebut. Biasanya dalam pelajaran disekolah bentuk pelajaran tersebut meliputi tiga bidang, yaitu bidang pengetahuan, sikap atau nilai, bidang keterampilan. Hal ini sesuai dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh B.S Bloom yang meliputi tiga ranah, yaitu: a) Ranah Kognitif, b) Ranah afektif dan c). Ranah Psikomotorik.[38]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses pembahasan didalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan didalam diri manusia mak tidaklah dapat bahwa padanya telah berlangsung proses belajar, tentu saja perubahan itu berencana dan bertujuan.
a.       Prestasi yang bersifat kognitif (Ranah Cipta)
Yang termasuk dalam pretasi bersifat kognitif, yaitu: ingatan pemahaman, penerapan,pengmatan, analisis sintesis dan lain-lain. Misalnya seorang peserta didik dapat menyebutkan atau menguraikan materi pelajaran yang sudah dipelajari pada minggu lalu maka peserta didik tersebut bisa dikatakan prestasi dalam kognitifnya dan lain sebagainya.
b.      Prestasi yang bersifat afektif (Ranah Rasa)
Yang termasuk dalam pretasi bersifat afektif, yaitu: sikap menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya, seorang peserta didik dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa dikatakan peserta didik tersebut prestasi afektif.
c.       Prestasi yang bersifat psikomotorik (Ranah karsa)
Yang termasuk dalam pretasi bersifat psikomotorik, yaitu: kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, keterampilan bergerak dan bertindak. Misalnya, seorang peserta didik menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-harinya.[39]
d.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
a.    Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1)      Faktor jasmania (fisiologis) baik yang bersifat bawaan mauapun yang diperoleh. 
2)      Faktor psikologis baik bawaan maupun yang bersifat diperoleh.
3)      Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2)   Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
1)   Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluaraga, sekolah dan masyarakat.
2)   Faktor budaya, seperti adat istiadat, IPTEK serta kesenian.
3)   Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4)   Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan
3)   Faktor sosial keluarga
           Yang dimaksud adalah faktor manusia baik manusia itu hadir langsung atau tidak. Diantara faktor sosial dalam pembelajaran adalah lingkungan keluarga dan kelompok.[40]
e.     Bentuk-Bentuk Upaya Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
1)   Tujuan
Tujuan menunjukkan arah dari suatau usaha, sedangakan arah menunjukkan jalam yang harus ditempuh.


2)   Metode dan Alat
Metode merupakan komponen yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya program pengajaran dan tujuan pendidikan.
3)   Bahan dan Materi
Dalam penilaian materi atau bahan pengajaran yang akan diajarakan diseseaikan dengan kemampuan siswa yang selalu berpedoman pada tujuan yang ditetapkan.
4)   Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode, alat dan bahan atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan biasa tercapai semaksimal mungkin.[41]
f.     Usaha Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Seorang guru merupakan sosok manusia yang wajib digugu dan ditiru, maka guru mempunyai tugas yang sangat berat, sebab guru harus mampu berperan ing ngarso sung tulodho, yang berarti seorang guru (pemimpin) harus mampu lewat sikap dan perbuatannya.
Di samping itu guru diharapkan mampu mengantarkan anak didiknya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya menuju pintu kesuksesan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka harus dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan situasi dan kondisi. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kualitas siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (theory of school learning), daro Bloom yang menyatakan ada tiga variabel utama dalam terapi belajar di sekolah.
Kegiatan guru di sekolah maupun di luar sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswanya. Adapun usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu kegiatan guru dalam mengajar merupakan suatu sistem yang meliputi tujuan, metode, bahan dan evaluasi.
a.      Tujuan
      Tujuan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu, karena berhasil tidaknya suatu kegiatan diukur dari sejauh mana kegiatan tersebut mencapai tujuannya.
Tujuan pengajaran disebut juga tujuan instruksional, yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran tertentu. Tujuan instruksional umum (TIU) masih bersifat teoritik belum menunjukkan secara spesifik bentuk-bentuk tingkah laku yang nyata. Tujuan ini tidak perlu disusun oleh guru karena biasaanya sudah disebutkan dalam GBPP. Kemudian selanjutnya adalah tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan pengkhususan dari TIU yang sangat spesifik dan operasional, yang berorientasi pada hasil belajar dan menunjukkan perubahan tingkah laku sehingga mudah diukur dan diamati.
b.    Metode
Proses belajar mengajar yang baik hendaknya menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung pada kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
Metode-metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain adalah metode ceramah, metode tanyajawab, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode problem solving, metode sistem regu, metode latihan, metode karyawisata dan metode simulasi.[42]
Dalam prakteknya metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode. Salah satu contoh penggunaan kombinasi metode mengajar adalah kombinasi dari metode ceramah, Tanya jawab dan tugas.
Mengingat ceramah banyak kekurangannya maka penggunaannya harus didukung dengan alat atau media atau metode lain. Oleh sebab itu setelah guru selesai memberikan ceramah maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada muridnya mengadakan Tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah. Dan untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan/generalisasi hasil ceramah, mengerjakan pekerjaan rumah, diskusi dan lain-lain.
Di dalam proses belajar mengajar, metode sangat penting, suatu pelajaran itu baik, tetapi kalau metode yang digunakan kurang tepat, maka tujuan tidak akan tercapai. Semakin baik metode yang digunakan maka semakin efektif pula pencapaian tujuan.
Dengan demikian jelaslah bahwa guru diharapkan sekali untuk memahami serta mengetahui berbagai macam metode mengajar atau mendidik yaitu agar dia dapat menyesuaikan metode yang dipilihnya, sehingga ia menjadi pendidik yang dinamis dan fleksibel menurut berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.
c.     Bahan atau materi
Bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.[43] Dalam menetapkan bahan pelajaran, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tujuan pengajaran, urgensi bahan, tuntutan kurikulum, nilai kegunaan, dan terbatasnya sumber bahan.
d.    Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan yang telah ditetapkan maka perlu diadakan suatu evaluasi. Dalam mengevaluasi ini meliputi berbagai aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga hasil yang diperoleh siswa benar-benar dapat diketahui.
Demikianlah korelasi antara kegiatan guru dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar siswa, di samping hal-hal yang tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, namun hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi proses belajar mengajar.
4.    Pembahasan Tentang Pendidikan Agama Islam
a.      Pengertian Pendidikan Agama Islam
 Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John dewey menyatakn bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup manusia guna membentu dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin.[44]
Dalam pengertian pendidikan dari segi etimologi dan terminologi. Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata “didik” yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.[45]
Kemudian ditinjau dari segi terminologi, banyak batasan dan pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan, namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek, walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam arti pendidikan itu sendiri. Diantaranya ada yang mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.[46]
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang berarti menjaga, dan meningkatkan(Webster’s Third Digtionary), yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
a.       Mengembangkan dan memberikan bantuan untuk berbagai tingkat pertumbuhan atau mengembangkan pengetahuan, kebijaksanaan, kualitas jiwa, kesehatan fisik dan kompetensi.
b.      Memberikan pelatihan formal dan praktek yang di supervisi.
c.       Menyediakan informasi.
d.      Meningkatkan dan memperbaiki.[47]
Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu usaha yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.[48]
Selanjutnya H. Haidar Putra Daulay, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.[49]
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada terbentuknya kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh ajaran agama.
Pendidikan Agama Islam juga merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan ber akhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Dari pengertian di atas terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kepribadian Muslim. kepribadian Muslim adalah pribadi yang ajaran Islam nya menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
b.      Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dalam sekolah umum bertujuan “ Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Tujuan Pendidikan Agama Islam ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana di amanatkan oleh pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.[50]
Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan Agama Islam, maka penulis akan mengutip pendapat dari beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Hasan Langgulung bahwa tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari pembahasan tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendapat yang serupa, dikemukakan Zakiah daradzat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan pikiran dan perasaannya.
Muhammad fadhli Al-Jamali mengatakan tujuan pendidikan agama Islam adalahmenmbuhkan akhlak ilmu dalam diri manusia. Dengan kata lain mengarahkan ilmu pengetahuan kepada kebaikan, dan menjadikan bermanfaat bagi manusia dan dapat menumbuhkan iman serta menyuburkannya, sehingga bersandinglah ilmu dan iman, yang apda gilirannya tercapai ketulusan budi pekerti anak didik yang mencerminkan sikap akhlak (adab) yang terpuji.[51] Firman Allah Swt:
Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ  
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. 31 Lukman: 18) [52]
Melihat cakupan diatas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam mempunyai cakupan yang sangat luas, baik secara material maupun secara spiritual. Bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya melihat pendidikan sebagai upaya mencerdaskan semata (pendidikan Intelek, kecerdasan) melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. Bahkan pendidikan Islam berupaya menumbuhkan pemahaman dan kesadaran baha manusi itu sama dihadapan Allah, perbedaannya adalah kadar ketaqwaannya sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.[53]
Dari tujuan tersebut diatas dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam, yaitu:
a.       Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam,
b.      Dimensi pemahaman atau penalaran (Intelektual) serta keilmuan peserta didik,
c.       Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.
d.      Dimensi pengamalan dalam arti bagimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik mampu mempu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Serta mengaktualisasikan dan merelisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. [54]
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berpengetahuan, dan saling menunjang satu sama lainnya. Jika, tidak, dapat dinyatakan sebagai kebodohan baru.
c.       Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Zakiah Daradjad berpendapat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa : Sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu: pertama, menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat, kedua, menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia, dan ketiga, menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia.[55]
Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa hal tentang fungsi dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Pengembangan
Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasrnya usaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebt dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tingakat perkembangannya.
b.      Penyaluran
Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c.       Perbaikan
Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya mereka peroleh melalui sumber-sumber yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
d.      Pencegahan
Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e.       Penyesuaian
Fungsi PAI sebagai penyesuaian adalah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.
f.       Sumber Nilai
Fungsi PAI sebagai sumber Nilai adalah memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.[56]
d.      Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam kegiatan pendidikan Agama Islam (PAI) ada enam pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
a)      Pendekatan rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penelaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses berpikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-contoh dan kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh (umum) atau proses berpikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-bagiannya.
b)      Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
c)      Pendekatan pengamalan, yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dalam mengahadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
d)     Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
e)      Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
f)       Pendekatan keteladanan yaitu menjadikan figure guru (pendidik), petugas sekolah lainnya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik.[57]
e.       Problem Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu aspek pendidikan nasional masih menghadapi problema-problema yang sangat mendesak untuk dipecahkan antara lain menyangkut:
a.       Kurikulumnya masih belum terarah dan seragam, juga belum mempunyai relevansi (hubungan serasi) dengan kebutuhan pembangunan nasional.
b.      Efektifitas penyajian dan pelaksanaan teknisnya (misal: guru belum dapat diandalkan sesuai dengan metodologi dan teknis paedagogis yang semestinya.
c.       Mutu pendiidkan amsih rendah bila diukur dengan tujuan yang hendak di capai.
d.      Sumber dana Bank dari pemerintah maupun dari masyarakat belum di kelola secara effisien.
Problema-Problema tersebut telah dicoba untuk dipecahkan oleh pemerintah c.q. Dep. Agama dalam Repalita I dan tahun ke I dan ke II antara lain dengan melalui:
1)      Penataran tenaga-tenaga teknis termasuk pemilik dan guru-guru Agama, meskipun masih dalam volume yang relative kecil dibanding dengan jumlah tenaga yang harus ditatar.
2)      Melengkapi sarana dan prasarana berupa gedung sekolah serta alat-alat peraga serta keterampilan meskipun jumlahnya sangat minim.
3)      Memberikan buku-buku pedoman untuk guru serta buku pelajaran untuk murid dalam jumlah yang sangat terbatas.
4)      Inovasi kurikulum serta metodologi pendidikan juga telah dirintis melalui proyek system pengembangan pendidikan agama, yang hasilnya akan dijadikan pola baru bagi pengembangan pendidikan Agama selanjutnya.
5)      Senatiasa mendorong lembaga-lembaga pendidikan agama Islam Swasta untuk mengembangkan daya cipta dan karsa dalam usaha pendidikan agama sejalan dengan pola pendidikan nasional.
6)      Memberikan motivasi kepada masyarakat agar meningkatkan kesediaan dan kemampuan saling bantu membantu antara pelaksanaan pendidikan agama di sekolah (madrasah), di masyarakat (misal: dalam bentuk kepramukaan) dan di keluarga.[58]


I.     METODE PENELITIAN
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini merupakan pendekatan suatu proses pengumpulan data secara sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada matapelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang serta factor yang mendukung dan menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postposivitisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[59]
Bogdan&Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.[60] Selanjutnya, penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang di hadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dalam menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis data, membuat kesimpulan dan laporan, dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi.[61]
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu penelitian berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat komperatif dan korelatif.[62] Maka, Peneliti akan menggambarkan/ memaparkan data-data yang telah diperoleh berkaitan dengan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang serta faktor pendukung dan penghambat dengan mengunakan pendekatan tersebut. Dan juga peran guru PAI, dan peserta didik dalam menerapkan pendekatan tersebut.
2.      Kehadiran Peneliti
Penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis deskriptif, maka dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul utama. [63] peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara terbatas bebas terpimpin atau terstuktur terhadap subjek dan objek penelitian. Oleh karena itu, peneliti sendiri terjun ke lapangan dan terlibat langsung dalam observasi ( mengamati saat proses pembelajaran PAI sedang berlangsung, melihat sarana dan prasarana dalam pembelajaran tersebut) dan wawancara kepada guru mengenai penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang.
3.      Lokasi  Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan  peneliti dalam penelitian untuk memperoleh data yang telah diinginkan. Penelitian dilakukan dikota Malang Jawa Timur, tepatnya di SMPN 04 Malang yang berlokasi di jalan Veteran No. 37 Malang. Adapun peneliti memilih penelitian di SMPN 04 Malang karena terdapat beberapa alasan pertama, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam SMPN 04 Malang sudah mengunakan kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan saintifik. Alasan kedua, dalam mengajar di kelas Guru PAI tidak hanya dituntut untuk mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menerapkan beberapa metode dan strategi belajar-mengajar PAI yang tidak membosankan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Alasan ketiga, lokasi strategis mudah di jangkau dan dekat dengan tempat tinggal peneliti.
4.      Data dan Sumber
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sumber data yaitu:
a.       Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau suatu daerah/ wilayah yang akan diteliti.[64] Adapun yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini penulis tidak mungkin meneliti keseluruhan dari populasi. Agar penelitian sesuai dengan keinginan, maka penulis perlu menarik sampel. Penarikan sampel bertujuan untuk memperkecil obyek yang diteliti, sehingga peneliti dapat dengan mudah mengorganisasikannya, agar memperoleh hasil yang lebih obyektif. Namun, dalam pengambilan sampel ini harus dapat mewakili dari populasi yang ada, yakni dapat dipandang-representatif terhadap populasi tersebut.[65]
b.      Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti.[66] Penelitian ini adalah penelitian Sampling (Sampling Research), Artinya dalam penelitian ini tidak meneliti semua populasi yang ada, tetapi hanya meneliti sekelompok kecil sebagian kecil dari populasi. Adapun teknik pengambilan sampel, peneliti mengguanakan Porposive Sample yang dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas seterata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.[67] Maka sampel dalam penelitian ini kelas VII-D. Adapun alasan peneliti mengambil sampel kelas VII, kerena guru PAI dalam sekolah tersebut sudah menggunakan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dikelas. Maka, siswa kelas VI-D dianggap mampu mewakili sampel dalam penelitian ini.
Jenis data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data-data dari dua sumber, yaitu:
1)      Data Primer
merupakan sumber asli yang dapat memberikan data secara langsung dari tangan pertama, baik berbentuk dokumen maupun sebagai peninggalan lain. Dalam hal ini, peneliti memperoleh data secara langsung, mengamati dan mencatat kejadian/ peristiwa melalui observasi (Pengamatan), Interview (wawancara), serta dokumentasi. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
a.       Sumber data Utama, yaitu: sumber data yang di peroleh peneliti melalui observasi dan wawancara. Yang mana pencatatan sumber data tersebut merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.
b.      Adapun sumber data yang diperoleh dari wawancara meliputi:
1.    Kepala Sekolah SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
2.    Waka kurikulum SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
3.    Guru-guru PAI SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
4.    Siswa-siswi kelas VII-D SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
c.       Adapun sumber data yang diperoleh dari observasi meliputi:
1.    Lokasi penelitian yakni di SMPN 04 Kota Malang
2.    Pelaksanaan dari pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII-D di SMPN 04 Kota Malang
3.    Beberapa area disetiap kelas VII-D yang dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Kota Malang
2)      Data Sekunder
Sebagai hasil penggunaan sumber-sumber lain, tidak langsung merupakan dokumen historis yang murni, ditinjau dari kebutuhan penyelidikan. Maka,  dalam hal ini peneliti memperoleh data dari data-data yang telah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah yang akan diteliti lebih lanjut, melalui literature atau bibliografi.[68] Adapun sumber data ini diperoleh dokumentasi dan beberapa arsip di SMPN 04 Malang.
a)     Deskripsi Lokasi SMPN 04 Kota Malang
b)     Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 04 Kota Kota Malang
c)     Visi dan Misi SMPN 04 Kota Malang
d)    Tujuan dan Sasaran SMPN 04 Malang
e)     Struktur Organisasi SMPN 04 Kota Malang
f)      Guru dan Karyawan di SMPN 04 Malang
g)     Siswa di SMPN 04 Kota Malang
h)     Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMPN 04 Kota Malang
i) Kurikulum dan Strategi Pendidikan di SMPN 04 Kota Malang
j) Prestasi SMPN 04 Kota Malang
k)     Silabus
l) RPP (Rencana Pelaksanaan Program)
m)   Absensi siswa kelas VII, dan data-data yang terkait dengan yang lainnya.
5.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, penulis menggunakan Field Research (Penelitian Lapangan). Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi  ( Pengamatan), Interview (Wawancara), Serta Dokumentasi
a.    Metode Observasi (Pengamatan)
Metode observasi, digunakan apabila seorang peneliti ingin mengetahui secara empirik data yang diamati. Metode ini diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan pengamatan yang disertai dengan pencatatan, secara teratur terhadap objek yang diteliti/diamati. Sebagai suatu metode ilmiah observasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.[69]
Metode ini gunakan untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang serta faktor pendukung dan penghambat dengan mengunakan pendekatan tersebut.
Metode ini dipakai untuk memudahkan penulis dalam mengenal dan memahami secara komprehensif subyek yang akan diteliti melalui pengamatan langsung terhadap obyek yang diamati. Yakni untuk memperoleh data tentang keadaan SMPN 04 Malang yang menerapkan pendekatan saintifik sebagai obyek penelitian yang meliputi tentang proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan tersebut, keadaan para guru, dan keadaan peserta didik yang menerima penerapan pendekatan saintifik serta keadaan sarana dan prasarana dan sebagainya.
b.   Metode Interview (Wawancara)
        Metode ini sering disebut dengan wawancara, yang pada dasarnya merupakan suatu tehnik pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengadakan Tanya jawab kepada beberapa responden. Metode Interview juga bisa diartikan sebagai suatu percakapan, Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada masalah tertentu.[70]
        Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah, Waka Kurikulum, Guru PAI kelas VII-D yang berkaitan dengan Penerapan Pendekatan Saintifik  Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 04 Malang melalui pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.


c.    Metode Dokumentasi
        Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable  yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, surat kabar, prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya.
        Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang SMPN 04 Malang, yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi-misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarana yang tersedia. Dan juga data-data mengenai guru-guru dan pegawai di SMPN 04 Malang beserta program-program yang ada.
6.      Analisis Data
Analisis data merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari penelitian. Menganalisis adalah suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis satatistik ataukah analisis non-statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular yang tidak diwujudkan dalam bentuk angka.[71]
Dalam penerapannya, metode deskriptif ini melalui beberapa tahapan, antara lain: identivikasi, klasifikasi, kemudian di interpretasikan. Metode deskriptif kualitatif, diartikan sebagai metode dengan memaparkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami berkaitan dengan kegiatan, pandangan, sikap yang tampak maupun proses yang sedang bekerja.
Dalam hal ini, peneliti akan secara langsung di lapangan dan mengalami situasi yang terjadi selama proses belajar mengajar PAI berlangsung, berkaitan dengan Penerapan Pendekatan Saintifik  Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Matapelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 04 Malang. Disamping itu, juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan data, dimana semua data yang telah diperoleh di lapangan dibaca, dipahami, kemudian data dianalisis lebih lanjut secara intensif. Maka, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif ini, baik dengan informasi maupun analisis tanpa perlu merumuskan hipotesis.
7.      Pengecekan dan Keabsahan Data
Yang dimaksud dengan pengecekan keabsahan data disini adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi[72]:
a.    Mendemononstrasikan nilai yang benar
b.    Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan
c.    Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusan.
        Menurut moleong, dalam sebuah penelitian diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagi berikut:
1)   Perpanjangan Pengamatan
               Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini bertujuan agar membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasi kekeliruan peneliti dan mengoperasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat. Dalam hal ini, yang barkaitan dengan Penerapan Pendekatan Saintifik  Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 04 Kota Malang.
2)   Triagulasi
               Triagulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Triagulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif.[73] Hal tersebut dengan jalan:
a)      Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b)      Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
c)      Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatkan sepanjang waktu
d)     Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang biasa ataupun orang-orang berpendidikan dan sebagainya,
e)      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

3)   Meningkatkan ketekunan
                 Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Untuk itu, penelitian kualitatif ketekunan pengamatan peneliti sangat diperlukan, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur yang relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara mendalam pada proses pembelajarannya, pada para siswa dan guru agar data yang ditemukan dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah dibuat dengan tepat.
8.      Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, antara lain:
a)       Tahap Persiapan
Peneliti menentukan obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VII di SMPN 04 Kota Malang telah melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga memudahkan peneliti untuk melanjutkan penelitian.
b)      Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan inti dari suatu penelitian karena peneliti mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan. Tahap ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut: pertama, peneliti melakukan observasi langsung mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan pendekatan Saintifik. Kedua, peneliti melakukan pencarian-pencarian terhadap dokumen-dokumen resmi yang akan dipergunakan dalam penelitian serta wawancara guna memperoleh data awal tentang guru PAI kelas menggunakan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Kota Malang.
c)      Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap yang paling akhir dari sebuah penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah, yaitu berupa laporan penelitian dengan mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
J.      SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pembaca dan penulis dalam memahami penelitian ini perlu adanya sitematika pembahasan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mencantumkan sistematika pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
BAB I  Pendahuluan
                  Dalam BAB ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, Definisi Operasional, penelitian terdahulu. Uraian dalam bab ini dapat memberikan gambaran secara umum tentang isi keseluruhan tulisan serta batasan permasalahan yang diuraikan oleh penulis dalam pembahasannya.
BAB II Tinjauan Pustaka
Dalam BAB ini penulis menyajikan kajian teori tentang Pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB III Metode Penelitian
Didalam BAB ini terdapat pembahasan tentang rencana penelitian, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian
Merupakan BAB yang memaparkan hasil temuan di lapangan sesuai dengan urutan rumusan masalah, yaitu latar belakang obyek yang meliputi tentang lokasi, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi data serta sarana dan prasarana SMPN 04 Malang. Penyajian dan analisis data juga dipaparkan dalam bab ini yaitu tentang penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang kemudian di sertai dengan penyajian analisis data. Pembahasan dalam bab ini di maksudkan sebagai jawaban permasalahan yang telah di rumuskan pada bab pendahuluan.
BAB V Pembahasan
       Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang telah di kemukakan dalam bab IV mempunyai arti penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian. BAB V ini meliputi pembahasan yang lebih rinci tentang temuan penelitian yang meliputi perencanaan pembelajaran PAI sebelum menerapkan pendekatan saintifik, Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di kelas VII, dampak penerapan pendekatan saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII.


BAB VI Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan di seluruh rangkaian pembahasan, baik dalam BAB I, II, III, IV dan V berisikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah dilakukan serta segala hasil yang telah di capai bisa ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik.
K.  PUSTAKA SEMENTARA
Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa,
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2011. Jakarta Timur: CV Darus Sanah
Bahri Djamarah, Syaiful,  1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional,
Daradjad, Zakiah, 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara,
Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
Furchan,Arief. 1982.  Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
H. Arifin, 1975. Hubungan Timbal Balik Pendidika Agama di Lingkugan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang
H. E. Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Hamalik, Oemar, 1983. Metode dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito
J. Moleong,  Lexy. 2002.  Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
Kartono,  Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju
Kurinasih, Imas & Sani, Berlin. 2014.  Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena
M. Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia
Narboko, Chalid dan Achmadi, Abu, 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,
Nazarudin, H. Mgs. 2007. Manajemen Pembelajaran Implemenetasi Konsep, karakteristik, metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras,
Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Putra Daulay, Haidar, 2004. Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana
Rada, Soleha. 2011. Ilmu pendidikan Islam, Bandung: Al-Fabeta,
Sanjaya,Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman, 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: RAjawali Pers,
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Al-Fabeta,
Sumadi Suryabrata, 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press
Syah, Darwyn,  2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press
Syah, Mahibbin, 2004 . Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya
Syahidin, 2009. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: Alfabeta,
Thonthowi, Ahmad, 1993. Psokologi Pendidikan. Bandung: Angkasa
UUD 1945, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya, Jakarta:Penabur Ilmu,
Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004
W.J.S. Poerwadarminto, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka
W.S Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia
Winarno Surachmad, 1978. Dasar dan teknik research, Bandung: Tarsito
Yasin, Fatah, 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press






[1] Darwyn Syah,  Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm.4
[2] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 30
[3] Darwyn Syah, Op. Cit., Hlm. 13
[4] H. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3-
[5] M. Hosnan, Op.Cit., hlm. IX
[6] H. Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran Implemenetasi Konsep, karakteristik, metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 4
[7] Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1
[8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: RAjawali Pers, 2012), hlm. 142-143
[9] M. Hosnan, op.Cit., hlm.34
[10] Ibid, hlm: 20
[11] Ngalim Purwanto.. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remadja Karya, 1998), hlm: 85
[12] Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur: CV Darus Sanah, 2011), hlm. 276
[13] Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[14] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 34
[15] Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[16] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 37
[17] Ibid., hlm. 37
[18] Ibid., hal. 38
[19] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 39
[20] Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[21] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 41
[22] Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[23] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 72
[24] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 75-76
[25] Ibid,. hlm. 77
[26] Imas Kurinasih & Berlin sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, (Surabaya: Kata Pena, 2014), hlm. 47
[27] Ibid., hlm 48-49
[28] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 23-24
[29] Ibid., hlm. 26
[30] Ibid., hlm. 28-29
[31] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 96-97
[32] M. Hosnan,. Op.Cit. hlm. 98-99
[33] Syaiful Bahri Djamarah,  Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,( Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm: 20
[34] Ibid, hlm: 20
[35] Ngalim Purwanto.. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remadja Karya, 1998), hlm: 85
[36] Ahmad Thonthowi, Psokologi Pendidikan. (Bandung: Angkasa, 1993,) hlm: 98
[37] Oemar hamalik, Metode dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1983),hlm. 2
[38] W.S Winkel. Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gramedia, 1991),  hlm. 36
[39] Mahibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 )hlm. 154-156
[40] Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Logos, 1991, Cet I), hal: 130
[41] Sumadi Suryabrata, op.cit, hlm.249
[42] Nana Sudjana, Op.Cit., hlm: 77
[43] Ibid, hlm: 67
[44] Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal. 15
[45] W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,1984), hlm. 250
[46] UUD 1945, Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya, (Jakarta:Penabur Ilmu, 2004)hlm. 3

[47] Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, (Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004), hlm. 1
[48] Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,2004), hlm. 172
[49] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam,(Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 153
[50] H. Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran Implemenetasi Konsep, karakteristik, metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 16
[51] Soleha dan Rada, Ilmu pendidikan Islam, (Bandung: Al-Fabeta, 2011) hlm. 42-43
[52] Qur’an dan Terjemah, Op.Cit. Hlm. 413
[53] Ibid,. hlm. 45
[54] H. Mgs. Nazarudin, op.cit. hlm. 16
[55] Zakiah Daradjad, op.cit. hal. 174
[56] H. Mgs. Nazarudin,op.cit,. hlm. 17-19
[57] Ibid,. hal. 19-20
[58] H. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidika Agama di Lingkugan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 14-15
[59] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Al-Fabeta, 2011), hlm. 9
[60] Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3
[61] Mohammad Ali. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 120
[62] Chalid Narboko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 44
[63] Chalid Narboko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 9
[64] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka ipta, 2002), hlm. 108
[65] Winarno Surachmad, Dasar dan teknik research (Bandung, Tarsito, 1978), hlm. 84
[66] Suharsimi Arikunto,op.cit. Hlm. 109
[67] Ibid hlm. 117
[68] Winarno Surachmad, Op.Cit., 125
[69] Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982,) hlm. 136.
[70] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm. 146
[71][71] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hlm. 94
[72] Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 320
[73] Ibid, hlm. 330