Sabtu, 07 November 2015
Proposal Skripsi
oleh:
Umiati
A. Latar
Belakang Masalah
Secara nasional
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.[1]
Perubahan merupakan
sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi
adalah pergantian kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka
menerapkan pendidikan yang bermutu pemerintah telah menetapkan kurikulum tahun
2013 untuk diterapkan pada sekolah atau madrasah. Penerapan kurikulum ini tentu
dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen yang melekat pada kurikulum 2013
ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya.
Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran
kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari
metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru
sesuai dengan yang diterapkan pada kurikulum tahun 2013. Tidak semua guru bisa
menerima pergantian kurikulum ini. Guru yang baik adalah guru yang mau menerima
perubahan, melakukan pertumbuhan, dan perkembangan dalam dunia pendidikan.[2]
Dalam dunia pendidikan
kurikulum sangat memegang kedudukan penting, hal ini adanya saling keterkaitan
antara pendidikan dan kurikulum khususnya antara teori-teori pendidikan yang
berkembang dengan kurikulum yan dikembangkan.[3]
Menghadapi berbagai
masalah dan tantangan tersebut, perlu dilakukan penataan terhadap system
pendidikan secara utuh dan menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas
pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan
merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu. Pendidikan adalah
kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik
dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang
sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Pemecahan
masalah secara reflektif sangat penting dalam pembelajaran yang dilakukan
melalui kerjasama secara demokratis.[4]
Pembelajaran kurikulum
2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan
penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan
saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,
menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.
Dalam kurikulum 2013
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki
peserta didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui
upaya menumbuhkan serta mengembangakan; (sikap/attitude, pengetahuan/ Knowledge,
dan keterampilan/ Skill). Kualitas lain yang harus dikembangkan
kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran, antara lain:
kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati,
toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.[5]
Dilihat dari pendekatan
alat (pendidikan), maka pendidikan Islam menempatkan keteladanan sebagai alat
pendidikan yang paling penting dan utama. Kemudian pendidikan Islam menempatkan
rumah tangga sebagai lingkungan pendidikan yang utama dan menentukan. Sedangkan
pelaksanaan pendidikan adalah kedua orang tua. Adapun para pendidik lainnya
dinilai sebagai perpanjangan tangan para orang tua. Karena itu, para orang tua
bertanggung jawab untuk memilih guru yang cocok untuk mendidik anak-anak mereka
agar sejalan dengan tanggung jawab mereka selaku orang tua. [6]
Pendidikan Agama Islam di Sekolah dapat di pahami sebagai suatu program
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik
di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan
diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI. Dalam kurikulum Nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib disekolah umum
sejak TK sampai Perguruan Tinggi. [7]
Pendidikan agama
sebagai sarana bagi pembentukan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dengan indikator memahami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun demikian, pendidikan agama
khusunya mata pelajaran PAI, bagi sebagian peserta didik sering dianggap
pelajaran secand line. Pinggiran dan tidak penting. Akibat, kesan
peserta didik “ Yang penting Lulus”, formalitas, kurang perhatian, kelalaian
dalam menyelesaikan tugas, belajar musiman dan sebagainya sering mewarnai sikap
peserta didik dalam pembelajaran. Karena itu, wajar jika PAI belum secara
maksimal dapat melahirkan anak didik yang berkepribadian Islami. Bahkan
akhir-akhir ini banyak yang menyatakan bahwa PAI telah gagal. [8]
Tidak hanya faktor mata pelajaran PAI yang dipandang sebelah mata dan mudah (secand
line) saja bagi peserta didik tetapi juga faktor dari bagaimana seorang
guru dapat menciptakan dan menanamkan nilai-nilai agama melalui pendekatan
saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang didalam maupun di luar kelas.
Sekolah SMPN 04 Malang
adalah sekolah yang dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS)
dengan jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kurikulum 2013 ini hanya
3 jam dalam satu minggu. Dari kenyataan itu Guru PAI memiliki tanggung jawab
yang besar untuk menanamkan ilmu-ilmu agama dan memperbaiki akhlak serta
memotivasi peserta didik untuk terus berprestasi dalam bidang agama. Seorang
guru PAI tidak hanya sebagai pengajar dalam kelas tetapi juga di harapkan
sebagai seorang pendidik yang mampu memberikan dan mengamalkan ilmunya, sebagai
seorang pemimpin yang patut untuk di contoh oleh peserta didik. Guru PAI harus menggunakan
pendekatan-pendekatan individual baik di luar maupun di dalam kelas agar bisa
mengetahui seberapa besar pemahaman peserta didik dalam memahami materi PAI dan
potensi peserta didik dibidang agama Islam. Selain itu, guru tidak hanya
sebatas mengetahui tetapi juga menerapkan metode-metode belajar PAI yang tidak
membosankan serta ditunjang oleh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang
dibimbing oleh guru-guru, sehingga pembelajaran PAI bisa efektif, meningkatkan
prestasi belajar peserta didik serta peserta didik tidak hanya mendapatkan
teori saja tetapi peserta didik juga bisa mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan hal diatas penulis mengambil judul “PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VII-D DI SMPN 04 KOTA MALANG”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perencanaan pembelajaran pendidikan Agama
Islam yang menggunakan pendekatan saintifik di kelas VII SMPN 04 Malang?
2.
Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang?
3.
Bagaimana dampak penerapan pendekatan saintifik
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang?
C.
Tujuan Penelitian
Bardasarkan rumusan
Masalah diatas, maka tujuan yang hendak di capai adalah:
1.
Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran pendidikan
Agama Islam yang menggunakan pendekatan saintifik di kelas VII SMPN 04 Malang.
2.
Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.
3.
Mendeskripsikan dampak penerapan pendekatan
saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.
D.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi pemikiran
semua pihak antara lain:
1.
Sebagai kontribusi terhadap pengembangan ilmu
Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2.
Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian
ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk
dapat membantu pengembangan kualitas pembelajaran, khususnya PAI.
3.
Sebagai bahan informasi bagi guru/ pendidik dalam menambah,
memperkaya dan menerapkan pendekatan saintifik yang akan digunakan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.
Dengan penggunaan pendekatan saintifik membuat
proses pembelajaran nyaman dan menarik, juga memberikan ruang bagi siswa untuk
berkreatifitas, kerja sama, solidaritas, kemandirian dan terlibat secara aktif
sepanjang proses pembelajaran sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar
siswa.
5.
Siswa SMPN 04 Malang semakin termotivasi untuk meningkatkan prestasinya dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dan obyek penelitian yaitu SMPN 04 Malang perlu diberi
batasan masalah. Untuk memperoleh ruang lingkup yang jelas, terhindar dari
persepsi yang salah, menghindari kerancuan permasalahan serta perluasan masalah
dalam penulisan maupun pembahasan proposal ini, sekaligus mempermudah
pemahaman. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekaburan objek agar sesuai
dengan arah dan tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup pembahasan terfokus
pada Bagaimana perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang menggunakan
pendekatan saintifik, Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam, Bagaimana dampak penerapan pendekatan
saintifik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 04 Malang.
F.
Definisi Operasional
Supaya pembahasan dalam penelitian ini tidak terjadi salah paham
pengertian atau kurang jelasnya makna, maka perlu adanya definisi operasional.
Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan terhindar
dari kesalahan pengertian pada pokok pembahasan.
Definisi operasional yang
berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pendekatan
Saintifik : proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prisip melalui tahapan-tahapan mengamati (
untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagi teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang
“ditemukan”.[9]
Perencanaan
Pembelajaran: proses pengambilan keputusan hasil berpikir
secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni
perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai
upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar yang ada.
Prestasi
Belajar : Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,
yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda. Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi dengan apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[10] Adapun
pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.[11] Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil dari aktifitas belajar.
Pendidikaan
Agama Islam: Pendidikan adalah bimbingan secara
sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik
menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada
pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna
akhlaknya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad Saw.,
yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia. Agama Islam adalah agama universal yang
mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik
kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran
Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah. Sedangkan menurut Dr. Muhammad
Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan, maupun perbuatan.
G.
Penelitian Terdahulu
Dari judul di atas,
penulis dapat kaitkan beberapa karya ilmiah yang relevan. Untuk mengetahui
persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan sekarang. Maka menghindari penjiplakan, beberapa skripsi yang
memiliki tema mirip dengan tema proposal ini, antara lain:
1.
Arifudin Hidayat, 2014. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dengan nomor induk mahasiswa 10410053 fokus penelitian ini adalah
Penerapan pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
Peningkatan Prestasi Belajar Kelas IB SDN I Bantul Tahun Ajaran 2013-2014.
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian terdiri
dari 2 siklus dengan 27 siswa. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu,
perencanaan (Planning), Tindakan (action), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflection). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Analisis data meliputi
reduksi data, display data, dan dan pengambilan kesimpulan. Hasil Penelitian
menunjukkan : 1) Penerapan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran PAI kelas IB
SDN I Bantul secara garis besar tahap-tahap pada pendekatan saintifik seperti
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membentuk jejaring sudah terlaksana
sepenuhnya dengan baik. 2). Adanya peningkatan prestasi belajar ranak kognitif
dan efektif siswa kelas IB SDN I Bantul dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam setelah menerapkan pendekatan saintifik.
2.
Rinta Septi A, 2010. Mahasiswa UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. Penelitian fokus pada Penerapan Metode Information Search Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Sisa Kelas VII Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN I Kuripan Probolinggo. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan metode penelitian dilakukan
dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif
dengan tujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada ditempat penelitian.
Dengan tahapan penelitian dalam 3 siklus yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara, pengukuran tes hasil belajar dan dokumentasi.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode information
search dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran
pendidikan agama islam di SMP Negeri I Kuripan Probolinggo. Dari hasil nilai
evaluasi juga dapat dilihat tentang peningkatan prestasi belajar mulai dari pre
tes hingga siklus 3 dengan rincian rata-rata kelas nilai pre tes 85,1,siklus I87,1,
siklus II 87.6, dan siklus III 88,3. Peningkatan prestasi belajar pada lembar observasi
siklus I sebesar 20%, siklus II sebesar 60% dan pada siklus III sebesar 90%.
3.
Nurfitriyah, 2009. Mahasiswa UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dengan focus penelitian. Penerapan cooperative
lerning metode jigsaw dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa
Kelas VII A SMPN 2 Kepanjen. Dengan desain penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) jenis kolaboratif. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan,
yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
(observation) dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) Interview (3) dokumentasi;
dan (4) pengukuran tes hasil belajar. Tehnik analisis data yang bersifat kualitatif
yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif
kualitatif, sedangkan data yang berupa angka atau data kuantitatif dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dengan cara menghitung nilai rata-rata dan prosentase dan
kemudian dideskripsikan.
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan
cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen dan juga untuk mendeskripsikan bagaimanakah peran cooperative lerning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kepanjen. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen adalah membiasakan dengan pendekatan ini sesuai dengan prosedur cooperative learning metode jigsaw dan dilaksanakan dengan dua siklus, meningkatkan semangat belajarnya dan pemahamnya terhadap materi pelajaran memberikan arahan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok dan mengelola secara efisien. Peran cooperative learning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen sebagaimana yang telah peneliti lakukan, terbukti dengan penerapan. cooperative learning metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa memuaskan dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus I dan siklus II. Indikator peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan , siklus I sampai siklus II terus meningkat.
cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen dan juga untuk mendeskripsikan bagaimanakah peran cooperative lerning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kepanjen. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan cooperative learning metode jigsaw dalam mata pelajaran PAI siswa kelas VII A SMPN 2 Kepanjen adalah membiasakan dengan pendekatan ini sesuai dengan prosedur cooperative learning metode jigsaw dan dilaksanakan dengan dua siklus, meningkatkan semangat belajarnya dan pemahamnya terhadap materi pelajaran memberikan arahan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok dan mengelola secara efisien. Peran cooperative learning metode jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kepanjen sebagaimana yang telah peneliti lakukan, terbukti dengan penerapan. cooperative learning metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa memuaskan dari kegiatan belajar mengajar pada observasi awal, siklus I dan siklus II. Indikator peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan , siklus I sampai siklus II terus meningkat.
Dari beberapa penelitian
terdahulu di atas mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan di lakukan
oleh peneliti sekarang yaitu tentang meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu kurikulum
yang diimplementasikan penulis adalah kurikulum 2013. Dan penulis membatasi
implementasi kurikulum hanya pada pendekatan pembelajaran. Dimana penulis
meneliti tentang Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04
Malang.
H.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pembahasan
Tentang Pendekatan Saintifik
a.
Pengertian
Pendekatan Saintifik
Scientific berasal
bahasa Inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu
pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan approach yang
berarti pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang sesuatu. Dengan demikian, maka
pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran yang dimaksud
adalah bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu
ilmiah. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang
ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan
bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Dalam firman Allah SWT menciptakan manusia sejak dari
rahim ibunya tidak mengetahui apaun, kemudian Ia anugrahi manusia dengan
berbagai fasilitas dan perangkat untuk hidup sehingga manusia mampu mengarungi
dunia ini dengan baik dan sukses. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat an-Nahl ayat :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
” Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak me-ngetahui sesuatu pun, dan Dia membe-rimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani,
agar kamu bersyukur « . (Q.S. al-Nahl : 78)[12]
Ayat di atas
mengarahkan umat manusia agar membiasakan diri untuk mengamati, karena salah
satu fitrah yang ia bawa sejak lahir adalah cenderung menggunakan mata terlebih
dahulu baru hati (qalbu).
Berdasarkan
hal tersebut, maka proses pembelajaran harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Karena pendekatan ini bercirikan
penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan
tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat
atau nilai-nilai nonilmiah, yang semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,
prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Pengertian penerapan pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan
kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. [13]
Selain
itu pengertian pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hokum atau
prisip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagi teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran ang
di harapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.[14]
Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) terdiri atas
empat aspek yaitu al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan
Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya
saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur'an Hadis merupakan sumber
utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak,
syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur
tersebut. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdiri atas
empat unsur tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Pembelajaran PAI dengan pendekatan
saintifik artinya pelaksanaan pembelajaran PAI yang memiliki kriteria sebagai
berikut :
a)
Materi
pembelajarannya berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b)
Mendorong dan
menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran PAI.
c)
Mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran PAI.
d)
Mendorong dan
menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran PAI.
e)
Berbasis pada konsep,
teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
f)
Tujuan
pembelajarannya dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik dalam sistem penyajiannya.[15]
b.
Karakteristik
Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Berpusat pada siswa
b.
Melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip.
c.
Melibatkan proses-proses kognitif
yang potensial dalam merangsang perkembangan.
d.
Dapat mengembangkan karakter siswa.
1)
Tujuan Pembelajaran dengan
pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
a.
Untuk meningkatkan kemampuan
intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat siswa.
b.
Untuk membentuk kemampuan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistemik
c.
Tercipta kondisi pembelajaran di
mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d.
Diperoleh hasil belajar yang
tinggi.
e.
Untuk melatih siswa dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
f.
Untuk mengembangkan karakter siswa.
2)
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan
pendekatan saintifik
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a)
Pembelajaran berpusat pada siswa.
b)
Pembelajaran membentuk student
self concept.
c)
Pembelajaran terhindar dari
verbalisme.
d)
Pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip.
e)
Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa.
f)
Pembelajaran meningkatkan motivasi
belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
g)
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
h)
Adanya proses validasi terhadap
konsep, hukum dan prinsip yang
dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya. [16]
c.
Langkah-Langkah
Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (Scientific
Approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Meliputi:
menggali informasi melalui observing/ Pengamatan, questioning/bertanya,
experimenting/ percobaan, kemudian mengelola data atau informasi menyajikan
data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan menganalisis, associating/
menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/ networking.untuk
mata pelajaran, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti
ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.[17]
Mengacu pula kepada Permendikbud
nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa
pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.
Pendekatan ilmiah/ scientific approach
mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut:
1)
Materi pembelajaran berbasis pada
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2)
Penjelasan guru, respon siswa, dan
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3)
Mendorong dan menginspirasi siswa
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4)
Mendorong dan menginspirasi siswa
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran.
5)
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6)
Berbasis pada konsep, teori, dan
fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7)
Tujuan pembelajaran dirumuskan
secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.[18]
Langkah-Langkah
Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan
Ilmiah)
Proses pembelajaran yanag
mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah,
yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan
hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram
pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan
ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut[19]:
- Ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
- Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
- Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
- Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
- Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
|
- Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,
membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
1.
Mengamati
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran. Proses mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.[21]
2.
Menanya
Guru
yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,
pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan
baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.
3.
Mencoba
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan
lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil
kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.[22]
4.
Menalar/ Mengasosiasi
Istilah
“menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.[23]
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar
atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau
menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara
entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran
atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
5.
Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik, guru di
harapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam
kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar
peserta didik akan mengetahui secara benar apakah yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan
konfirmasi sebagaimana pada standar proses .
Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan
dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.[24]
Dalam kegiatan mengkomunikasikan,
peserta diidk diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian
ditampilkan di depan khlayak ramai
sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Peserta didik
yang lain pun dapat memberikan komentar, saran, atau perbaikan mengenai apa
yang telah dipresentasikan oleh rekannya.
6.
`Jejaring Pembelajaran/Kolaboratif
Model Networked adalah
model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam
mencari data, keterangan atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang
disukai atau diminatinya sehingga secara tidak langsung mencari tahu dari
berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV,
atau teman, kakak, orang tua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa
memperluas wawasan belajarnya sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena
rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.[25]
Pembelajaran kolaboratif merupakan
suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di
kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya
hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi
yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pemanfaatan internet sangat
dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena
memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan
ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah
menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau
siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia. Penggunaan internet disarakan
makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara
eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir
ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi
diterima secepat mungkin.
Dengan menggunakan pembelajaran
saintifik, pada lima langkah pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan beberapa
aktifitas pembelajaran siswa, seperti dalam bagan di bawah ini:
Bagan 2.1 Kegiatan
Pembelajaran Pendekatan saintifik

d.
Penilaian
dalam Kurikulum 2013
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya.
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk
menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang
harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:
a.
Penilaian diarahkan
untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
b.
Penilaian menggunakan
acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c.
Sistem yang
direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta
didik.
d.
Hasil penilaian
dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi
peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
e.
Sistem penilaian harus
disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara,
maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
Menteri pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh
sebagai pemangku kebijakan tertinggi mengatakan bahwa “ standar penilaian pada
kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari
kurikulum 2013 adalah mendorong siswa aktif dalam tiap materi pembelajaran,
maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika si anak banyak bertanya”.[26]
Ada dua macam penilaian, diantaranya:
a.
Penilaian (assessment)
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik.
b.
Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dinilai secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (Input),
Proses, dan Keluaran (Output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta
didik, serta proses dari hasil belajar secara utuh, keterpaduan penilaian
ketiga komponen (Input, Proses, Output) tersebut akan menggambarkan kapasitas,
gaya dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring ( nurturant
effect) dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat
terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menaya, menalar, mencoba dan membangun
jejaring.
Kata lain dari penilaian autentik adalah
penilaian kinerja, termasuk didalamnya penilaian portofolio dan penilaian
projek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsive, suatu
metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki
ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang memiliki kalainan tertentu, memiliki
bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh
pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), Pengayaan (enrichment),
atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi
Standart Penilaian pendidikan.[27]
2.
Pembahasan
Perencanaan Pembelajaran
a.
Pengetian
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
berasal dari kata rencana, yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Ely mengatakan bahwa perencanaan itu pada
dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan
hasil yang diharapkan. Pendapat tersebut menggambarkan, bahwa suatu perencanaan
diawali dengan adanya target atau mengistilahkan dengan kata”hasil” yang harus
dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana
cara mencapainya.[28]
Perencanaan
merupakan hasil proses berpikir yang mendalam hasil dari proses pengkajian dan
mungkin penyeleksian dari berbagai alternative yang dianggap lebih memiliki
nilai efektivitas dan efisiensi. Perencanaan adalah awal dari semua proses
suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.
Pembelajaran
adalah proses kerja sama anatara guru dan peserta didik dalam memanfaatkan
segala potensi dan sumber yang baik potensi yang bersumber dari dalam diri
peserta didik sendiri seperti minat,
bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi
yang ada diluar diri peserta didik
seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. [29]
Dari kedua
makna tentang perencanaan dan pembelajaran, maka dapat disimpulkan perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional
tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku
serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian
tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya
dokumen yang berisi tentang hal-hal diatas, sehingga selanjutnya dokumen
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.[30]
b.
Syarat
Perencanaan Pembelajaran Yang Baik
Perencanan dan persiapan mengajar merupakan
factor penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh guru kepada
anak didiknya. Agar proses pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung
baik, amat tergantung dari perencanaan persiapan mengajar yang dilakukan oleh
guru yang harus baik pula, cermat, dan sistematis. Perencanaan dan persiapan
berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak
berlebihan apabila tidak dibutuhkan pula gagasan dan perilaku guru yang kreatif
dalam menyusun perencanaan dan persiapan mengajar ini, yang tidak hanya
berkaitan dengan merancang bahan ajar/ materi pelajaran seta waktu pelaksanaan,
tetapi juga segenap hal yang terkait di dalamnya, seperti rencana penggunaan
metode teknik mengajar, media belajar pengembangan gaya bahasa, pemanfaatn
ruang, sampai dengan pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan.[31]
Langkah-langkah mengembangkan gagasan dan
perilaku kreatif serta acuan bagi guru berkaitan dengan menyusun rencana dan
atau persiapan mengajar yang baik:
a)
Menentukan bahan ajar/ materi
pelajaran yang akan diberikan oleh peserta didik.
b)
Menentukan tujuan pembelajaran dari
masing-masing bahan ajar/ materi pelajaran yang akan disampaikan.
c)
Memilih bahan ajar pelajaran yang
dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik.
d)
Menyimak waktu pelajaran yang
tersedia dan ditentukan pengalokasian untuk menyampaikan materi pelajaran.
Berikan waktu yang lebih lama terhadap materi pelajaran yang dinilai sulit.
e)
Memperhatikan perbedaan
karakteristik perbedaan siswa. Kelompokkan menurut kelompok siswa “Pintar”,
“sedang”, dan “Kurang”. Kelola kelas dengan memperhatikan perbedaan kelompok
tersebut.
f)
Memberikan perhatian khusus
terhadap peserta didik yang dinilai memiliki kemampuan “sedang”, dan “kurang”.
g)
Merancang penggunaan gaya bahasa
yang kreatif, komunikatif, sederhana, dan mudah dicerna dalam penyampaian
materi pelajaran pada siswa.
h)
Merencanakan jenis/ bentuk metode/
teknik pembelajaran yang ada serta kebutuhan pemanfaatannya.
i)
Merencanakan kebutuhan pemanfaatan
media pembelajaran.
j)
Merencanakan bentuk-bentuk pemberian tugas
kepada siswa berkaitan dengan penyampaiaan materi pelajaran.
k)
Merencanakan penggunaan jenis/
bentuk alat evaluasi, waktu, dan tindakan lain yang diperlukan.
l)
Menyusun rencana dan persiapan
pembelajaran serta waktu pelaksanaan pembelajaran (tahunan, mingguan, dan
harian) yang berisiskan segenap hal di atas.
m)
Tentukan bahan ajar/materi
pelajaran
n)
Kembangkan alat evaluasi yang aktual.
o)
Tentukan tujuan pembelajaran.
p)
Lebihkan alokasi waktu yang dinilai sulit.
q)
Kembangkan gaya bahasa yang
menarik, komunikatif, akrab, dan supel.
r)
Rencanakan penggunaan metode
pembelajaran.
s)
Rencanakan penggunaan media
pembelajaran.
t)
Kaji dan rencanakan gaya bahasa
penyampaian.
u)
Kaji dan rencanakan penggunaan
gerak tubuh.
v)
Kaji dan rencanakan pemanfaatan
ruang.
w)
Kaji dan rencanakan untuk tugas
yang akan diberikan.
x)
Kaji dan rencanakan pengembangan
kominitas kelas.[32]
3.
Pembahasan
Tentang Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi
Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,
yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda. Oleh karena itu sebelum kita membicarakan pengertian prestasi dan
pengertian belajar lebih baik kita membicarakan pengertian prestasi dan
pengertian belajar telebih dahulu.
Pengertian
prestasi menurut para ahli adalah:
1)
WJS. Poerwadarminta berpendapat
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya).[33]
2)
Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi
batasan prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[34]
Dari pengertian prestasi yang telah dibahas
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Sedangkan belajar adalah sebagai perubahan kelakuan
berkat pengalaman dan latihan. Dan belajar membawa sesuatu perubahan itu tidak
hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya
mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang yang sedang belajar itu
tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena itu lebih sanggup menghadapi
kesulitan memecahkan masalah atau menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat
pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi-situasi hidupnya.
Adapun pengertian belajar menurut Morgan
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[35] Sedangkan
menurut Athur T. Jersild, belajar adalah perubahan tingkah laku karena
pengalaman dan latihan.[36]
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa
ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
a.
Belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku
yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk
b.
Belajar merupakan suatu perubahan
yang tejadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan
yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c.
Untuk dapat disebut sebagai
belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari
suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasaanya hanya berlangsung
sementara.
Setelah kita mengetahui pengertian prestasi
dan pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.
b.
Tujuan
Prestasi Belajar Siswa
Pada
hakekatnya setiap manusia yang melakukan segala aktivitas dalam kehidupannya
tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Karena dengan adanya tujuan akan
meenetukan arah kemana orang itu akan dibawah atau diarahkan.
Jadi, tujuan
belajar merupakan sentral bagi peserta didik tercapai tidakanya tujuan tersebut
pada siswa itu mandiri, bahkan dapat diketahui ybertanggung jab terhadap
keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajar itu banyak bertumpu pada peserta
didik itu sendiri.
Sebagimana
telah diungkapkan oleh Drs. Oemar Hamalik bahwa: kesuksesan itu bagian besar
terletak pada usaha kegiatan saudara sendiri. Sudah barang tentu faktor
keamanan, minat, ketentuan, tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan
unsur mutlak yang bersifat mendukung usaha saudara itu.[37]
c.
Aspek-Aspek
Prestasi Belajar
Dalam belajar
selalu melibatkan aspek fisik dan mental. Oleh karena itu, keduanya harus
dikembangkan bersama-sama secara terpadu. Dari aktivitas belajar inilah yang
akan menghasilkan suatu perubahan yang disebut dengan hasil belajar atau
prestasi belajar. Hail tersebut akan tampak dalam suatu prestasi yang derikan
oleh siswa misalnya hal menerima, menggapi, dan menganalisa bahan-bahan
pelajaran yang disajikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda-beda
sifat dan bentuknya tergantung dalam bidanga apa anak akan menunjukkan prestasi
tersebut. Biasanya dalam pelajaran disekolah bentuk pelajaran tersebut meliputi
tiga bidang, yaitu bidang pengetahuan, sikap atau nilai, bidang keterampilan.
Hal ini sesuai dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh B.S Bloom yang meliputi
tiga ranah, yaitu: a) Ranah Kognitif, b) Ranah afektif dan c). Ranah
Psikomotorik.[38]
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses pembahasan didalam diri manusia. Apabila setelah
belajar tidak terjadi perubahan didalam diri manusia mak tidaklah dapat bahwa
padanya telah berlangsung proses belajar, tentu saja perubahan itu berencana
dan bertujuan.
a.
Prestasi yang bersifat kognitif
(Ranah Cipta)
Yang termasuk dalam pretasi
bersifat kognitif, yaitu: ingatan pemahaman, penerapan,pengmatan, analisis
sintesis dan lain-lain. Misalnya seorang peserta didik dapat menyebutkan atau
menguraikan materi pelajaran yang sudah dipelajari pada minggu lalu maka
peserta didik tersebut bisa dikatakan prestasi dalam kognitifnya dan lain
sebagainya.
b.
Prestasi yang bersifat afektif
(Ranah Rasa)
Yang termasuk dalam pretasi
bersifat afektif, yaitu: sikap menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain.
Misalnya, seorang peserta didik dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak
terhadap suatu pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa
dikatakan peserta didik tersebut prestasi afektif.
c.
Prestasi yang bersifat psikomotorik
(Ranah karsa)
Yang termasuk dalam pretasi
bersifat psikomotorik, yaitu: kecakapan ekspresi verbal dan non verbal,
keterampilan bergerak dan bertindak. Misalnya, seorang peserta didik menerima
pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan
pelajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-harinya.[39]
d.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
a.
Faktor yang berasal dari diri
sendiri (internal)
1)
Faktor jasmania (fisiologis) baik
yang bersifat bawaan mauapun yang diperoleh.
2)
Faktor psikologis baik bawaan
maupun yang bersifat diperoleh.
3)
Faktor kematangan fisik maupun
psikis.
2)
Faktor yang berasal dari luar
(eksternal)
1)
Faktor sosial yang terdiri atas
lingkungan keluaraga, sekolah dan masyarakat.
2)
Faktor budaya, seperti adat
istiadat, IPTEK serta kesenian.
3)
Faktor lingkungan fisik seperti
fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4)
Faktor lingkungan spiritual dan
keagamaan
3)
Faktor sosial keluarga
Yang dimaksud adalah faktor manusia
baik manusia itu hadir langsung atau tidak. Diantara faktor sosial dalam
pembelajaran adalah lingkungan keluarga dan kelompok.[40]
e.
Bentuk-Bentuk
Upaya Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
1)
Tujuan
Tujuan menunjukkan arah dari suatau usaha,
sedangakan arah menunjukkan jalam yang harus ditempuh.
2)
Metode dan Alat
Metode
merupakan komponen yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya program
pengajaran dan tujuan pendidikan.
3)
Bahan dan Materi
Dalam penilaian materi atau bahan pengajaran
yang akan diajarakan diseseaikan dengan kemampuan siswa yang selalu berpedoman
pada tujuan yang ditetapkan.
4)
Evaluasi
Evaluasi ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode, alat dan bahan atau
materi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan biasa tercapai
semaksimal mungkin.[41]
f.
Usaha Guru
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Seorang guru merupakan sosok manusia yang
wajib digugu dan ditiru, maka guru mempunyai tugas yang sangat berat, sebab
guru harus mampu berperan ing ngarso sung tulodho, yang berarti seorang guru
(pemimpin) harus mampu lewat sikap dan perbuatannya.
Di samping itu guru diharapkan mampu
mengantarkan anak didiknya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya menuju
pintu kesuksesan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka harus dapat
meningkatkan minat belajar siswa, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
sesuai dengan situasi dan kondisi. Oleh karena itu hasil belajar siswa di
sekolah dipengaruhi oleh kualitas siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini
sejalan dengan teori belajar di sekolah (theory of school learning),
daro Bloom yang menyatakan ada tiga variabel utama dalam terapi belajar di
sekolah.
Kegiatan guru di sekolah maupun di luar
sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan prestasi
belajar siswanya. Adapun usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
yaitu kegiatan guru dalam mengajar merupakan suatu sistem yang meliputi tujuan,
metode, bahan dan evaluasi.
a.
Tujuan
Tujuan menunjukkan arah dari suatu usaha,
sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Setiap kegiatan mempunyai
tujuan tertentu, karena berhasil tidaknya suatu kegiatan diukur dari sejauh
mana kegiatan tersebut mencapai tujuannya.
Tujuan pengajaran disebut juga tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program
pengajaran tertentu. Tujuan instruksional umum (TIU) masih bersifat teoritik
belum menunjukkan secara spesifik bentuk-bentuk tingkah laku yang nyata. Tujuan
ini tidak perlu disusun oleh guru karena biasaanya sudah disebutkan dalam GBPP.
Kemudian selanjutnya adalah tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan
pengkhususan dari TIU yang sangat spesifik dan operasional, yang berorientasi
pada hasil belajar dan menunjukkan perubahan tingkah laku sehingga mudah diukur
dan diamati.
b.
Metode
Proses belajar mengajar yang baik hendaknya
menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu
membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya.
Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat
bergantung pada kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode mengajar ada yang
tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat digunakan
untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas
atau di luar kelas.
Metode-metode mengajar yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar antara lain adalah metode ceramah, metode
tanyajawab, metode diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja
kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama, metode problem
solving, metode sistem regu, metode latihan, metode karyawisata dan metode
simulasi.[42]
Dalam prakteknya metode mengajar tidak
digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode.
Salah satu contoh penggunaan kombinasi metode mengajar adalah kombinasi dari
metode ceramah, Tanya jawab dan tugas.
Mengingat ceramah banyak kekurangannya maka
penggunaannya harus didukung dengan alat atau media atau metode lain. Oleh
sebab itu setelah guru selesai memberikan ceramah maka dipandang perlu untuk
memberikan kesempatan kepada muridnya mengadakan Tanya jawab. Tanya jawab ini
diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan
guru melalui metode ceramah. Dan untuk lebih memantapkan penguasaan siswa
terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa
diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan/generalisasi hasil ceramah,
mengerjakan pekerjaan rumah, diskusi dan lain-lain.
Di dalam proses belajar mengajar, metode
sangat penting, suatu pelajaran itu baik, tetapi kalau metode yang digunakan
kurang tepat, maka tujuan tidak akan tercapai. Semakin baik metode yang
digunakan maka semakin efektif pula pencapaian tujuan.
Dengan demikian jelaslah bahwa guru diharapkan
sekali untuk memahami serta mengetahui berbagai macam metode mengajar atau
mendidik yaitu agar dia dapat menyesuaikan metode yang dipilihnya, sehingga ia
menjadi pendidik yang dinamis dan fleksibel menurut berbagai situasi dan
kondisi yang dihadapinya.
c.
Bahan atau materi
Bahan pelajaran adalah isi yang diberikan
kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.[43] Dalam
menetapkan bahan pelajaran, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
tujuan pengajaran, urgensi bahan, tuntutan kurikulum, nilai kegunaan, dan
terbatasnya sumber bahan.
d.
Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan maka perlu diadakan suatu evaluasi. Dalam mengevaluasi ini meliputi
berbagai aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga hasil yang
diperoleh siswa benar-benar dapat diketahui.
Demikianlah korelasi antara kegiatan guru
dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar siswa, di samping hal-hal
yang tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru, namun hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi
proses belajar mengajar.
4.
Pembahasan
Tentang Pendidikan Agama Islam
a.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Kebutuhan manusia akan
pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John dewey menyatakn bahwa
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan
mempersiapkan pribadinya agar hidup manusia guna membentu dan mempersiapkan
pribadinya agar hidup dengan disiplin.[44]
Dalam pengertian pendidikan dari segi etimologi dan terminologi.
Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata “didik” yang
mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah
sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam
akhlak dan kecerdasan berpikir.[45]
Kemudian ditinjau dari segi terminologi, banyak batasan dan
pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan,
namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek,
walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam
arti pendidikan itu sendiri. Diantaranya ada yang mengemukakan pengertian
pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.[46]
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang berarti menjaga, dan
meningkatkan(Webster’s Third Digtionary), yang dapat didefinisikan sebagai
berikut :
a.
Mengembangkan dan memberikan
bantuan untuk berbagai tingkat pertumbuhan atau mengembangkan pengetahuan,
kebijaksanaan, kualitas jiwa, kesehatan fisik dan kompetensi.
b.
Memberikan pelatihan formal dan
praktek yang di supervisi.
c.
Menyediakan informasi.
Pendidikan Agama Islam berkenaan dengan
tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu usaha yang secara sadar dilakukan oleh
guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama yang
diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu sarana
pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.[48]
Selanjutnya H. Haidar Putra Daulay,
mengemukakan bahwa Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.[49]
Dari beberapa definisi di atas, maka
dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud Pendidikan Agama Islam
adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang
dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada
terbentuknya kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang
ditentukan oleh ajaran agama.
Pendidikan Agama Islam juga merupakan
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan ber akhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran
dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman.
Dari pengertian di atas terbentuknya
kepribadian yakni pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kepribadian
Muslim. kepribadian Muslim adalah pribadi yang ajaran Islam nya menjadi sebuah
pandangan hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan bersikap sesuai dengan
ajaran Islam.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam
itu adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak
didik menurut ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
b.
Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dalam sekolah umum bertujuan “ Meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama
Islam sehingga manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt. Serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Tujuan
Pendidikan Agama Islam ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan
nasional sebagaimana di amanatkan oleh pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.[50]
Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan Agama Islam, maka
penulis akan mengutip pendapat dari beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Hasan Langgulung bahwa tujuan pendidikan Islam tidak
terlepas dari pembahasan tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan
hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan
hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendapat yang serupa, dikemukakan Zakiah daradzat bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh
dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan pikiran dan perasaannya.
Muhammad fadhli Al-Jamali mengatakan tujuan pendidikan agama Islam
adalahmenmbuhkan akhlak ilmu dalam diri manusia. Dengan kata lain mengarahkan
ilmu pengetahuan kepada kebaikan, dan menjadikan bermanfaat bagi manusia dan
dapat menumbuhkan iman serta menyuburkannya, sehingga bersandinglah ilmu dan
iman, yang apda gilirannya tercapai ketulusan budi pekerti anak didik yang mencerminkan
sikap akhlak (adab) yang terpuji.[51] Firman Allah
Swt:
Ÿwur öÏiè|Áè? š‚£‰s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? ’Îû ÇÚö‘F{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9‘qã‚sù ÇÊÑÈ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. 31 Lukman: 18) [52]
Melihat cakupan diatas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
agama Islam mempunyai cakupan yang sangat luas, baik secara material maupun
secara spiritual. Bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya melihat pendidikan
sebagai upaya mencerdaskan semata (pendidikan Intelek, kecerdasan) melainkan
sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. Bahkan
pendidikan Islam berupaya menumbuhkan pemahaman dan kesadaran baha manusi itu
sama dihadapan Allah, perbedaannya adalah kadar ketaqwaannya sebagai bentuk
perbedaan secara kualitatif.[53]
Dari tujuan tersebut diatas dapat ditarik beberapa dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan Agama
Islam, yaitu:
a.
Dimensi keimanan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam,
b.
Dimensi pemahaman atau penalaran
(Intelektual) serta keilmuan peserta didik,
c.
Dimensi penghayatan atau pengalaman
batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.
d.
Dimensi pengamalan dalam arti
bagimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi
oleh peserta didik mampu mempu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
Serta mengaktualisasikan dan merelisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. [54]
Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia
yang beriman dan berpengetahuan, dan saling menunjang satu sama lainnya. Jika,
tidak, dapat dinyatakan sebagai kebodohan baru.
c.
Fungsi
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta sebagai wahana pengembangan
sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Zakiah Daradjad berpendapat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam bahwa : Sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama
Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu: pertama, menanamtumbuhkan rasa keimanan
yang kuat, kedua, menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan
amal ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia, dan ketiga, menumbuh kembangkan
semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia.[55]
Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa hal tentang fungsi
dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Pengembangan
Fungsi PAI
sebagai pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasrnya
usaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan kemampuan yang ada
pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebt dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tingakat
perkembangannya.
b.
Penyaluran
Fungsi PAI sebagai penyaluran
adalah untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama
agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
c.
Perbaikan
Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya mereka peroleh melalui
sumber-sumber yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
d.
Pencegahan
Fungsi PAI sebagai pencegahan
adalah untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain
yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
e.
Penyesuaian
Fungsi PAI sebagai penyesuaian
adalah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran
agama Islam.
f.
Sumber Nilai
Fungsi PAI sebagai sumber Nilai
adalah memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.[56]
d.
Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam kegiatan pendidikan Agama Islam (PAI) ada enam pendekatan
yang dapat digunakan, yaitu:
a)
Pendekatan rasional, yaitu suatu
pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek
penelaran. Pendekatan ini dapat berbentuk proses berpikir induktif yang dimulai
dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-contoh dan
kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh
(umum) atau proses berpikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan
kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-bagiannya.
b)
Pendekatan emosional, yakni upaya
menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai
dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
c)
Pendekatan pengamalan, yakni
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan
hasil-hasil pengamalan ibadah dalam mengahadapi tugas-tugas dan masalah dalam
kehidupan.
d)
Pendekatan pembiasaan, yaitu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan
kehidupan.
e)
Pendekatan fungsional, yaitu
menyajikan materi pokok dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam arti luas.
f)
Pendekatan keteladanan yaitu
menjadikan figure guru (pendidik), petugas sekolah lainnya, orang tua serta
anggota masyarakat sebagai cermin bagi peserta didik.[57]
e.
Problem
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu aspek pendidikan nasional
masih menghadapi problema-problema yang sangat mendesak untuk dipecahkan antara
lain menyangkut:
a.
Kurikulumnya masih belum terarah
dan seragam, juga belum mempunyai relevansi (hubungan serasi) dengan kebutuhan
pembangunan nasional.
b.
Efektifitas penyajian dan
pelaksanaan teknisnya (misal: guru belum dapat diandalkan sesuai dengan
metodologi dan teknis paedagogis yang semestinya.
c.
Mutu pendiidkan amsih rendah bila
diukur dengan tujuan yang hendak di capai.
d.
Sumber dana Bank dari pemerintah
maupun dari masyarakat belum di kelola secara effisien.
Problema-Problema tersebut telah dicoba untuk
dipecahkan oleh pemerintah c.q. Dep. Agama dalam Repalita I dan tahun ke I dan
ke II antara lain dengan melalui:
1)
Penataran tenaga-tenaga teknis
termasuk pemilik dan guru-guru Agama, meskipun masih dalam volume yang relative
kecil dibanding dengan jumlah tenaga yang harus ditatar.
2)
Melengkapi sarana dan prasarana
berupa gedung sekolah serta alat-alat peraga serta keterampilan meskipun
jumlahnya sangat minim.
3)
Memberikan buku-buku pedoman untuk
guru serta buku pelajaran untuk murid dalam jumlah yang sangat terbatas.
4)
Inovasi kurikulum serta metodologi
pendidikan juga telah dirintis melalui proyek system pengembangan pendidikan
agama, yang hasilnya akan dijadikan pola baru bagi pengembangan pendidikan
Agama selanjutnya.
5)
Senatiasa mendorong lembaga-lembaga
pendidikan agama Islam Swasta untuk mengembangkan daya cipta dan karsa dalam
usaha pendidikan agama sejalan dengan pola pendidikan nasional.
6)
Memberikan motivasi kepada
masyarakat agar meningkatkan kesediaan dan kemampuan saling bantu membantu
antara pelaksanaan pendidikan agama di sekolah (madrasah), di masyarakat
(misal: dalam bentuk kepramukaan) dan di keluarga.[58]
I.
METODE
PENELITIAN
1.
Pendekatan dan
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini
merupakan pendekatan suatu proses pengumpulan data secara sistematis dan
intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang penerapan pendekatan saintifik
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada matapelajaran pendidikan Agama
Islam kelas VII di SMPN 04 Malang serta factor yang mendukung dan menghambat
dalam penerapan pendekatan tersebut.
Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postposivitisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.[59]
Bogdan&Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/ lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.[60] Selanjutnya, penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang di hadapi pada situasi sekarang. Dilakukan
dalam menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis data,
membuat kesimpulan dan laporan, dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif situasi.[61]
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu penelitian berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping
itu juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat
komperatif dan korelatif.[62] Maka, Peneliti akan menggambarkan/ memaparkan data-data yang telah
diperoleh berkaitan dengan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04
Malang serta faktor pendukung dan penghambat dengan mengunakan pendekatan
tersebut. Dan juga peran guru PAI, dan peserta didik dalam menerapkan
pendekatan tersebut.
2.
Kehadiran
Peneliti
Penelitian menggunakan kualitatif dengan
jenis deskriptif, maka dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul utama. [63] peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara terbatas bebas
terpimpin atau terstuktur terhadap subjek dan objek penelitian. Oleh karena
itu, peneliti sendiri terjun ke lapangan dan terlibat langsung dalam observasi
( mengamati saat proses pembelajaran PAI sedang berlangsung, melihat sarana dan
prasarana dalam pembelajaran tersebut) dan wawancara kepada guru mengenai
penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang.
3.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang
digunakan peneliti dalam penelitian
untuk memperoleh data yang telah diinginkan. Penelitian dilakukan dikota Malang
Jawa Timur, tepatnya di SMPN 04 Malang yang berlokasi di jalan Veteran No. 37
Malang. Adapun peneliti memilih penelitian di SMPN 04 Malang karena terdapat
beberapa alasan pertama, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam SMPN 04
Malang sudah mengunakan kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Alasan kedua, dalam mengajar di kelas Guru PAI tidak hanya dituntut untuk
mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menerapkan beberapa metode dan strategi
belajar-mengajar PAI yang tidak membosankan guna meningkatkan prestasi belajar
siswa. Alasan ketiga, lokasi strategis mudah di jangkau dan dekat dengan tempat
tinggal peneliti.
4.
Data dan
Sumber
Terkait dengan penelitian ini yang akan
dijadikan sumber data yaitu:
a. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau suatu daerah/ wilayah
yang akan diteliti.[64] Adapun yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini penulis tidak
mungkin meneliti keseluruhan dari populasi. Agar penelitian sesuai dengan keinginan,
maka penulis perlu menarik sampel. Penarikan sampel bertujuan untuk memperkecil
obyek yang diteliti, sehingga peneliti dapat dengan mudah mengorganisasikannya,
agar memperoleh hasil yang lebih obyektif. Namun, dalam pengambilan sampel ini
harus dapat mewakili dari populasi yang ada, yakni dapat
dipandang-representatif terhadap populasi tersebut.[65]
b. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti.[66] Penelitian ini adalah penelitian Sampling (Sampling Research),
Artinya dalam penelitian ini tidak meneliti semua populasi yang ada, tetapi
hanya meneliti sekelompok kecil sebagian kecil dari populasi. Adapun teknik
pengambilan sampel, peneliti mengguanakan Porposive Sample yang
dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas seterata, random
atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.[67] Maka sampel dalam penelitian ini kelas VII-D. Adapun alasan peneliti
mengambil sampel kelas VII, kerena guru PAI dalam sekolah tersebut sudah
menggunakan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dikelas. Maka,
siswa kelas VI-D dianggap mampu mewakili sampel dalam penelitian ini.
Jenis data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh
data-data dari dua sumber, yaitu:
1) Data Primer
merupakan
sumber asli yang dapat memberikan data secara langsung dari tangan pertama,
baik berbentuk dokumen maupun sebagai peninggalan lain. Dalam hal ini, peneliti
memperoleh data secara langsung, mengamati dan mencatat kejadian/ peristiwa
melalui observasi (Pengamatan), Interview (wawancara), serta dokumentasi.
Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
a. Sumber data Utama, yaitu: sumber data yang di peroleh peneliti melalui
observasi dan wawancara. Yang mana pencatatan sumber data tersebut merupakan
hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.
b. Adapun sumber data yang diperoleh dari wawancara meliputi:
1.
Kepala
Sekolah SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
2.
Waka
kurikulum SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
3.
Guru-guru
PAI SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
4.
Siswa-siswi
kelas VII-D SMPN 04 Kota Malang (melalui wawancara)
c. Adapun sumber data yang diperoleh dari observasi meliputi:
1.
Lokasi
penelitian yakni di SMPN 04 Kota Malang
2.
Pelaksanaan
dari pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII-D di SMPN 04 Kota Malang
3.
Beberapa
area disetiap kelas VII-D yang dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan
saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Kota Malang
2) Data Sekunder
Sebagai hasil penggunaan sumber-sumber lain, tidak langsung merupakan
dokumen historis yang murni, ditinjau dari kebutuhan penyelidikan. Maka, dalam hal ini peneliti memperoleh data dari
data-data yang telah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah yang akan
diteliti lebih lanjut, melalui literature atau bibliografi.[68] Adapun sumber data ini diperoleh dokumentasi dan beberapa arsip di SMPN
04 Malang.
a) Deskripsi Lokasi SMPN 04 Kota Malang
b) Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 04 Kota Kota Malang
c) Visi dan Misi SMPN 04 Kota Malang
d) Tujuan dan Sasaran SMPN 04 Malang
e) Struktur Organisasi SMPN 04 Kota Malang
f) Guru dan Karyawan di SMPN 04 Malang
g) Siswa di SMPN 04 Kota Malang
h) Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMPN 04 Kota Malang
i) Kurikulum dan Strategi Pendidikan di SMPN 04 Kota Malang
j) Prestasi SMPN 04 Kota Malang
k) Silabus
l) RPP (Rencana Pelaksanaan Program)
m) Absensi siswa kelas VII, dan data-data yang terkait dengan yang lainnya.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan
pengumpulan data, penulis menggunakan Field Research (Penelitian
Lapangan). Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi ( Pengamatan), Interview (Wawancara),
Serta Dokumentasi
a.
Metode Observasi
(Pengamatan)
Metode observasi,
digunakan apabila seorang peneliti ingin mengetahui secara empirik data yang
diamati. Metode ini diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan pengamatan yang disertai dengan pencatatan, secara teratur terhadap
objek yang diteliti/diamati. Sebagai suatu metode ilmiah observasi juga dapat
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti.[69]
Metode ini gunakan
untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar pendidikan Agama Islam
yang berkaitan dengan penerapan pendekatan
saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Malang serta faktor pendukung dan
penghambat dengan mengunakan pendekatan tersebut.
Metode ini dipakai untuk memudahkan
penulis dalam mengenal dan memahami secara komprehensif subyek yang akan
diteliti melalui pengamatan langsung terhadap obyek yang diamati. Yakni untuk
memperoleh data tentang keadaan SMPN 04 Malang yang menerapkan pendekatan
saintifik sebagai obyek penelitian yang meliputi tentang proses belajar
mengajar dengan menggunakan pendekatan tersebut, keadaan para guru, dan keadaan
peserta didik yang menerima penerapan pendekatan saintifik serta keadaan sarana
dan prasarana dan sebagainya.
b.
Metode Interview
(Wawancara)
Metode ini sering disebut dengan
wawancara, yang pada dasarnya merupakan suatu tehnik pengumpulan data yang
dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengadakan Tanya jawab kepada beberapa
responden. Metode Interview juga bisa diartikan sebagai suatu
percakapan, Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan
secara fisik dan diarahkan pada masalah tertentu.[70]
Metode ini penulis gunakan untuk
mendapatkan informasi dari kepala sekolah, Waka Kurikulum, Guru PAI kelas VII-D
yang berkaitan dengan Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 04 Malang melalui
pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan sesuai
dengan tujuan penelitian.
c.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat
diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku, majalah, surat kabar, prasasti, notulen rapat agenda
dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang latar belakang SMPN 04 Malang, yang meliputi sejarah singkat
berdirinya, visi-misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan staf,
keadaan peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarana yang tersedia. Dan
juga data-data mengenai guru-guru dan pegawai di SMPN 04 Malang beserta
program-program yang ada.
6.
Analisis Data
Analisis data merupakan metode yang
digunakan untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari penelitian.
Menganalisis adalah suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti
harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis
satatistik ataukah analisis non-statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis
data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis
non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular yang tidak
diwujudkan dalam bentuk angka.[71]
Dalam penerapannya, metode deskriptif ini
melalui beberapa tahapan, antara lain: identivikasi, klasifikasi, kemudian di
interpretasikan. Metode deskriptif kualitatif, diartikan sebagai metode dengan
memaparkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami
berkaitan dengan kegiatan, pandangan, sikap yang tampak maupun proses yang
sedang bekerja.
Dalam hal ini, peneliti akan secara
langsung di lapangan dan mengalami situasi yang terjadi selama proses belajar
mengajar PAI berlangsung, berkaitan dengan Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Pada Matapelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di SMPN 04 Malang.
Disamping itu, juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan data, dimana
semua data yang telah diperoleh di lapangan dibaca, dipahami, kemudian data
dianalisis lebih lanjut secara intensif. Maka, dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif ini, baik dengan informasi maupun analisis tanpa perlu
merumuskan hipotesis.
7.
Pengecekan dan
Keabsahan Data
Yang dimaksud dengan
pengecekan keabsahan data disini adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi[72]:
a. Mendemononstrasikan nilai yang benar
b. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan
c. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusan.
Menurut moleong, dalam sebuah penelitian
diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas
ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan
perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagi berikut:
1) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan
berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini bertujuan agar
membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasi kekeliruan
peneliti dan mengoperasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa
atau pengaruh sesaat. Dalam hal ini, yang barkaitan dengan Penerapan
Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII Di
SMPN 04 Kota Malang.
2) Triagulasi
Triagulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar
data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Triagulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yakni membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif.[73] Hal tersebut dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatkan sepanjang waktu
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti orang biasa ataupun orang-orang berpendidikan dan
sebagainya,
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
3) Meningkatkan ketekunan
Peneliti mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor
yang menonjol. Untuk itu, penelitian kualitatif ketekunan pengamatan peneliti
sangat diperlukan, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur yang relevan dengan
persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara mendalam pada proses
pembelajarannya, pada para siswa dan guru agar data yang ditemukan dapat
dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah dibuat dengan tepat.
8.
Tahap-Tahap
Penelitian
Tahapan-tahapan
penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, antara lain:
a) Tahap Persiapan
Peneliti menentukan obyek penelitian dengan pertimbangan bahwa siswa
kelas VII di SMPN 04 Kota Malang telah melaksanakan proses belajar mengajar
dengan menggunakan pendekatan saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, sehingga memudahkan peneliti untuk melanjutkan penelitian.
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan inti dari suatu penelitian karena peneliti
mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan. Tahap ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut: pertama, peneliti melakukan observasi
langsung mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
pendekatan Saintifik. Kedua, peneliti melakukan pencarian-pencarian
terhadap dokumen-dokumen resmi yang akan dipergunakan dalam penelitian serta
wawancara guna memperoleh data awal tentang guru PAI kelas menggunakan
pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04 Kota Malang.
c) Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap yang paling akhir dari sebuah
penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dianalisis dan
disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah, yaitu berupa laporan penelitian dengan
mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
J.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah pembaca dan penulis dalam memahami penelitian ini perlu
adanya sitematika pembahasan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis
mencantumkan sistematika pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
BAB
I Pendahuluan
Dalam BAB ini akan membahas
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian, Definisi Operasional, penelitian terdahulu.
Uraian dalam bab ini dapat memberikan gambaran secara umum tentang isi
keseluruhan tulisan serta batasan permasalahan yang diuraikan oleh penulis
dalam pembahasannya.
BAB
II Tinjauan Pustaka
Dalam BAB ini penulis menyajikan kajian teori tentang Pendekatan
saintifik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
BAB
III Metode Penelitian
Didalam BAB ini terdapat pembahasan tentang rencana penelitian, yang
terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, data dan sumber, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB
IV Hasil Penelitian
Merupakan BAB yang memaparkan hasil temuan di lapangan sesuai dengan
urutan rumusan masalah, yaitu latar belakang obyek yang meliputi tentang
lokasi, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi data serta sarana dan
prasarana SMPN 04 Malang. Penyajian dan analisis data juga dipaparkan dalam bab
ini yaitu tentang penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMPN 04
Malang kemudian di sertai dengan penyajian analisis data. Pembahasan dalam bab
ini di maksudkan sebagai jawaban permasalahan yang telah di rumuskan pada bab
pendahuluan.
BAB
V Pembahasan
Pembahasan terhadap temuan-temuan
penelitian yang telah di kemukakan dalam bab IV mempunyai arti penting bagi
keseluruhan kegiatan penelitian. BAB V ini meliputi pembahasan yang lebih rinci
tentang temuan penelitian yang meliputi perencanaan pembelajaran PAI sebelum
menerapkan pendekatan saintifik, Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran PAI di kelas VII, dampak penerapan pendekatan saintifik terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII.
BAB
VI Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan di
seluruh rangkaian pembahasan, baik dalam BAB I, II, III, IV dan V berisikan
kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang bersifat konstruktif agar semua
upaya yang pernah dilakukan serta segala hasil yang telah di capai bisa
ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik.
K. PUSTAKA
SEMENTARA
Ali,
Mohammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:
Angkasa,
Al-Qur’an dan
Terjemahannya. 2011. Jakarta Timur: CV Darus Sanah
Bahri
Djamarah, Syaiful, 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional,
Daradjad,
Zakiah, 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi
Aksara,
Fahrul
Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines
di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
Furchan,Arief. 1982.
Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
H.
Arifin, 1975. Hubungan Timbal Balik Pendidika Agama di Lingkugan Sekolah dan
Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang
H.
E. Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung:
Remaja Rosdakarya,
Hamalik,
Oemar, 1983. Metode dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito
J.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset
Sosial, Bandung: Mandar Maju
Kurinasih,
Imas & Sani, Berlin. 2014. Implementasi
Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena
M.
Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, Bogor: Ghalia Indonesia
Narboko,
Chalid dan Achmadi, Abu, 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara,
Nazarudin,
H. Mgs. 2007. Manajemen Pembelajaran Implemenetasi Konsep, karakteristik,
metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras,
Purwanto,
Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Purwanto,
Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Putra
Daulay, Haidar, 2004. Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana
Rada,
Soleha. 2011. Ilmu pendidikan Islam, Bandung: Al-Fabeta,
Sanjaya,Wina.
2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Sardiman,
2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: RAjawali Pers,
Sugiyono,
2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Al-Fabeta,
Sumadi
Suryabrata, 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press
Syah,
Darwyn, 2007. Perencanaan Sistem
Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press
Syah,
Mahibbin, 2004 . Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syahidin,
2009. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: Alfabeta,
Thonthowi,
Ahmad, 1993. Psokologi Pendidikan. Bandung: Angkasa
UUD
1945, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya,
Jakarta:Penabur Ilmu,
Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004
Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004
W.J.S.
Poerwadarminto, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai
Pustaka
W.S
Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia
Winarno
Surachmad, 1978. Dasar dan teknik research, Bandung: Tarsito
Yasin,
Fatah, 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press
[1]
Darwyn Syah,
Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), hlm.4
[2] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014),
hlm. 30
[4] H. E. Mulyasa, Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3-
[6]
H. Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran
Implemenetasi Konsep, karakteristik, metodologi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Umum. (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 4
[13] Fahrul Usmi, M.Ag, Widyaiswara Muda BDK Padang
dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines
di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[14] M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm.
34
[15] Fahrul Usmi, M.Ag,
Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines
di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[20] Fahrul Usmi, M.Ag,
Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines
di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[22] Fahrul Usmi, M.Ag,
Widyaiswara Muda BDK Padang dalam (http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=543:pai&catid=41:top-headlines
di akses hari selasa, 23 september 2014 jam 08.00)
[26]
Imas Kurinasih & Berlin sani, Implementasi
Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, (Surabaya: Kata Pena, 2014), hlm. 47
[28] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 23-24
[33] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,( Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), hlm: 20
[39] Mahibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 )hlm. 154-156
[45] W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,1984), hlm. 250
[46] UUD 1945, Undang-Undang Republik Indonesia
dan Perubahannya, (Jakarta:Penabur Ilmu, 2004)hlm. 3
[47] Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic
Kompetensi Guru, (Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004), hlm. 1
[50] H. Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran
Implemenetasi Konsep, karakteristik, metodologi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Umum. (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 16
[52]
Qur’an dan Terjemah, Op.Cit. Hlm. 413
[58] H. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidika
Agama di Lingkugan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm.
14-15
[59] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, (Bandung: Al-Fabeta, 2011), hlm. 9
[61] Mohammad Ali. Penelitian Kependidikan
Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 120
[64] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka ipta, 2002), hlm. 108
[69] Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982,) hlm. 136.